Bahasa Inggris Bisnis 2

Nama Kelompok:

Anita Tri Sofianti

Aziziah

Weny Apriyanti

Venny Islamita

 

Affirmative & Negative Agreement

Pengertian dan Fungsi Elliptical Constructions

Elliptical Constructions adalah susunan kalimat yang bisa digunakan untuk mengindikasikan/ menunjukkan bahwa seseorang, benda atau binatang melakukan/ tidak melakukan sesuatu, dan kemudian menambahkan (seseorang, benda atau binatang) lainnya juga mengalami hal yang sama. Fungsi dari Elliptical Constructions adalah untuk menghindari pengulangan kata yang tidak dibutuhkan (tidak penting) dalam suatu kalimat. Untuk lebih jelasnya, silahkan perhatikan contoh kalimat di bawah ini:

 

Contoh Kalimat Elliptical Constructions

I am happy and you are too.

(Saya senang dan kamu juga)

 

They will work in the lab tomorrow, and so will you.

(Mereka akan bekerja di laboratorium besok, dan kamu juga)

 

I didn’t go to school this morning, and John didn’t either.

(Saya tidak pergi ke sekolah pagi ini, dan John juga tidak)

 

I didn’t go to school this morning, and neither did John.

(Saya tidak pergi ke sekolah pagi ini, dan John juga tidak)

Berdasarkan contoh kalimat di atas, semoga bisa di pahami mengenai penggunaan dari elliptical constructions ini. Pada contoh kalimat pertama, untuk menghindari pengulangan kata dimana ada 2 orang yang merasa bahagia “happy”, maka kita menggunakan elliptical constructions untuk menghindari pengulangan tersebut dengan menggunakan kata “too”. Aturan yang sama juga berlaku untuk contoh kalimat lainnya.

 

Bentuk Dari Elliptical Constructions

 

  1. Affirmative Agreement
  2. Negative Agreement

 

Affirmative Agreement

Untuk menghilangkan pengulangan kata pada suatu kalimat kita bisa menggunakan kata “so” atau“too”. Ada perbedaan pada susunan kalimatnya ketika menggunaan kata “so” dan “too”. Silahkan perhatikan rumus berikut:

 

Ketika hanya ada “to be” pada klausa utama (main clause), maka tenses yang sama dari “to be” digunakan pada klausa kedua (second clause). Contohnya:

 

I am hungry = I am hungry, and you are too.

You are hungry = I am hungry, and so are you.

 

Affirmative statement (to be) + and +

Subject + to be + too

So + to be + subject

 

Contoh kalimat lainnya:

Their plane is arriving at 7 o’clock, and so is mine.

I am sick, and He is too.

Our class is clean, and so are theirs.

Bella is beautiful, and her sister is too.

My hand writing is bad, and so are you.

Ketika hanya ada kata kerja bantu (auxiliary verb), contohnya: will, should, has, have, must, etc pada klausa utama (main clause), kata kerja bantu nya (auxiliary verb) juga digunakan pada klausa kedua (second clause). Contohnya:

 

He has seen her plays = He has seen her plays, and the girls have too.

The girls have seen her plays = He has seen her plays, and so have the girls.

 

Affirmative statement + and +  (auxiliary verb)

Subject + auxiliary verb only + too

So + auxiliary verb only + subject

 

Contoh kalimat lainnya:

They will go at noon, and she will too.

He has an early appointment, and so have I.

They have written their lyrics, and so have we.

Richard has lived in Cuba for five years, and they have too.

I should finish the report, and she should too.

 

Ketika hanya ada kata kerja (verb) tanpa auxiliary verb pada klausa utama (main clause), kata kerja bantu do, does, atau did digunakan pada klausa kedua (second clause) dan tenses nya harus sama. Contohnya:

 

We go to school = We go to school, and my brother does too.

My brother goes to school = We go to school, and so does my brother.

Contoh kalimat lainnya :

John went to the mountains on his vacation, and we did too = John went to the mountains on his vacation, and so did we

I will be in New Mexico in August, and they will too = I will be in New Mexico in August, and so will they.

He has seen her plays, and the girls have too = He has seen her plays, and so have the girls.

We are going to the movies tonight, and Suzy is too = We are going to the movies tonight, and so is Suzy

She will wear a costume to the party, and we will too = She will wear a contume to the party, and so will we

 

 

Affirmative statement + and +

(single verb except ”to be”)

Subject + (do, does, did) + too

So + (do, does, did) + subject

 

Contoh kalimat lainnya:

We want to buy a fountain, and she does too.

My mother likes traveling, and so do their mother.

My brother invites him to the party, and my sister does too.

They wrote a good poem, and so did he.

Fred cooked fried rice for his breakfast, and Tina did too.

Mark sung “moments” and so did Kevin.

We want to buy a fountain, and she does too.

My mother likes traveling, and so do their mother.

My brother invites him to the party, and my sister does too.

They wrote a good poem, and so did he.

Fred cooked fried rice for his breakfast, and Tina did too.

 

Negative Agreement

 

“Either” dan “neither” memiliki fungsi yang sama seperti kata “too” dan “so” pada klausa kedua (second clause) dalam kalimat positif (affirmative sentence/ agreement). Kata “Either”dan “neither” ini digunakan untuk mengindikasikan kalimat negative (negative sentence/ agreement). Aturan yang sama juga berlaku untuk penggunaan “to be”, “auxiliary verb” (kata kerja bantu), dan “verb” (kata kerja). Contohnya:

 

I didn’t go to the mosque yesterday, and Ali didn’t either.

I didn’t go to the mosque yesterday, and neither did Ali.

 

Negative statement + and +

Subject + negative auxiliary or “to be” + either

Neither + positive auxiliary or “to be” + subject

 

Contoh kalimat lainnya:

The manager isn’t too happy with the project, and neither is his assistant.

We can’t study in the library, and he can’t either.

You didn’t pay the taxes, and they didn’t either.

My brother won’t accept my father’s decision, and my sister won’t either.

He doesn’t know the answer, and neither does she.

Untuk neither digunakan sebelum auxilliary verb, for example:

  1. My roommate won’t go, and neither will I
  2. My roommate hasn’t gone, and neither have I
  3. My roommate doesn’t go, and neither do I
  4. My roommate isn’t going, and neither am I

Dan untuk either digunakan setelah auxilliary verb dan kata “not”, for example:

  1. My roommate won’t go, and I won’t(will not) either
  2. My roommate hasn’t gone, and I haven’t either
  3. My roommate doesn’t go, and I don’t either
  4. My roommate isn’t going, and I am not either

Contoh :

I didn’t see Bella this morning. Edward didn’t see Bella this morning

I didn’t see Bella this morning and Edward didn’t either.

I didn’t see Bella this morning and neither did Edward.

Contoh kalimat lainnya :

  1. The children shouldn’t take that medicine, and neither should she.
  2. We don’t plan to attend the concert, and neither do they.
  3. I don’t like tennis, and he doesn’t either.
  4. She didn’t see anyone she knew, and neither did Tim.
  5. The Yankees couldn’t play due to the bad weather, and neither could the Angels.
  6. Mary can’t type well, and her sister can’t either.
  7. I’m not interested in reading that book, and neither is she.
  8. They won’t have to work on weekends, and we won’t either.
  9. I can’t stand listening to that music, and she can’t either.
  10. Michael doesn’t speak English, and his family doesn’t either.

Bahasa Inggris Bisnis 2

1.Pronoun

Pronoun atau kata ganti adalah kata yang dapat menggantikan suatu kata benda atau frasa kata benda. Kata ganti berfungsi menghindari pengulangan kata benda atau frasa kata benda yang sama yang telah disebut sebelumnya.

Dalam bahasa Inggris, pronoun terdiri dari tujuh jenis, yaitu:

  1. Reflexive Pronoun

Reflexive pronoun adalah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh diri subjek sendiri (subject of the verb) atau dengan kata lain memberi penekanan pada unsur subjek atau objek. Kata ganti bentuk tunggal mendapat akhiran –self, dan bentuk jamak dengan akhiran –selves.

Contoh:

Myself = Saya sendiri

Yourself/yourselves = Kamu sendiri/kalian sendiri

Themselves = Mereka sendiri

Ourselves = Kami sendiri

Himself = Dia sendiri (laki-laki)

Herself = Dia sendiri (perempuan)

Itself= Dia sendiri (benda atau binatang)

Contoh kalimatnya:

– Sunny made this book by herself.

– He enjoyed himself by watching two movies.

– The children are old enough to look after themselves.

  1. Possessive Pronoun (kata ganti milik)

Possessive pronoun adalah kata ganti yang memperlihatkan kepunyaan seseorang atau kelompok.

Ada dua bentuk possessive pronoun yaitu dependent (ditempatkan sebelum suatu kata benda) dan independent (ditempatkan setelah suatu kata kerja).

Contoh :

Dependent seperti my, your, his, her, its, our, their

Independent seperti mine, yours, his, hers, its, ours, theirs

Contohnya:

  • This green bag is hers. (Tas hijau itu adalah miliknya).
  • This small car is mine. Those are theirs. (Mobil mini ini milikku. Milik mereka yang itu)
  • This is not your suitcase. I think that is yours. (Koper ini bukan kopermu. Saya rasa punyamu yang di sana)
  1. Personal Pronoun (kata ganti orang)

Personal pronoun adalah kata ganti pada subyek dan obyek yang menunjukkan pada orang atau penamaan.

Contoh:

I => Me

You => You

She => Her

He => Him

It => It

We => Us

They => Them

Contoh kalimatnya:

  • I gave this book to Anita yesterday. She feels great when read it. (Saya memberikan buku ini kepada Anita kemarin. Dia merasa sangat senang ketika membacanya).
  • My mother take a glass with her. She wants fill it with the juice. (Ibu saya mengambil sebuah gelas bersamanya. Dia ingin mengisinya dengan jus).
  1. Interrogative Pronoun

Interrogative pronoun adalah kata-kata yang mempertanyakan orang atau benda. Ini antara lain: who, whom (siapa), whose (punya siapa), why (mengapa), which (yang mana), dan what (apa).

kata ganti atau pronomina yang digunakan untuk menanyakan orang, benda, atau suatu pilihan. Kata ganti yang sering dipakai adalah what, which who, whom dan whose.

Contoh:

– What is broken? (Apa yang pecah?)

– Who has make you sad? (Siapa yang membuat kamu sedih?))

– Which shop sold the kimchi? (Toko yang mana menjual Kimchi?)

2.Narrative Tenses

Narrative tenses are the grammatical structures that you use when telling a story, or talking about situations and activities which happened at a defined past time.

When narrating past events, DO NOT mix past and present tenses (avoid using the present perfect and present simple), as these will confuse the reader/listener about when things really happened.

Here are the most common narrative tenses and how they are used:

  1. The Simple Past Tense.

The past simple is used:

a)     to express a completed action at a definite time in the past. The separate events which occur in sequence in a narrative are expressed using this tense.

E.g.

I woke up (1) at 8am, had a shower (2) and ate some breakfast (3). I left for work (4) at 9am.

NOTE! The past simple is the most common tense after ‘When?’ in questions.

 

b)     to express past habits.

I went to school in São Paulo until my family moved to Rio.

NOTE! Used to + verb is often used to express past habits and states that happened in the past, but do not happen now. Used to can not be used for actions which only occurred once.

E.g.     I used to work for Petrobrás. (I don’t work for them now)

I didn’t use to like living in Ipanema. (I do like it now)

Where did you use to go for lunch? (You don’t go there now)

Would (+ adverb of frequency) + verb can be used to express past habits which do not happen now.

E.g.     My grandfather would always read the newspaper at breakfast time. (He doesn’t do it now)

Using ‘would’ instead of ‘used to’ often gives an idea of nostalgia. However, if the adverb of frequency is stressed, it can give the idea that the habit was annoying.

E.g.     My dog would never do what I wanted it to do!

NOTE! ‘WOULD’ CAN NOT BE USED FOR PAST STATES!

E.g. I would live in São Paulo. IS WRONG!

 

  1. The Past Continuous Tense.

As with all continuous tenses, the past continuous gives the idea of activity and duration.

The past continuous is used:

a)     To describe the situation in which the events of the narrative occurred.

E.g.

When I woke up at 8am (1) the sun was shining (2) and the birds were singing (2). I had a shower (3), ate some breakfast (4) and left for work at 9am. (5)

 

b)     to express an activity in progress at a time in the past.

E.g.

What were you doing (1) when I phoned (2) you?

NOTE! The past continuous is the most common tense after ‘while’ in questions and statements.

The past continuous also expresses the idea of:

An interrupted activity

E.g.  She was cooking dinner when the door bell rang. (She cooked dinner = she finished it)

An unfinished activity

E.g.  I was reading the book you lent me. (I read the book… = I finished reading the whole book)

A repeated action

E.g.  They were shooting at the enemy. (They shot…. = They fired the gun one time only)

A temporary situation

E.g. He was standing on the corner waiting for a bus. (It stood on the corner. = Permanent situation)

NOTE! The past continuous can also be used as ‘future in the past’. This will be explained later.

 

  1. The Past Perfect Simple Tense.

The past perfect simple is used

a)     to show that an action or situation happened BEFORE the events in the narrative described in the simple past.

E.g.

When I woke up at 8am (1), the sun was shining and the birds were singing. I had slept (2) really well the night before. I had a shower (3), ate some breakfast (4) and left for work at 9am. (5)

NOTE! It is bad style to use too many verbs in the past perfect . As soon as it is clear that the events happened before the time that the narrative is set, use the simple past and past continuous.

E.g.

When I woke up at 8am, the sun was shining and the birds were singing. I had slept really well the night before. I dreamt about the time I spent living in Switzerland when I was a teenager. I had a shower, ate some breakfast and left for work at 9am.

NOTE! If the subject of two verbs is the same, you don’t have to repeat the ‘had’ auxiliary.

E.g.

When I arrived, he’d finished his dinner and left the room.

 

b)     Making a narrative more interesting to read.

It is generally seen as bad literary style to have too many verbs in the same tense. In English it is always best to avoid repetition where possible.

Look again at the example used to illustrate the past simple tense.

This same sentence could be improved for dramatic effect by using the past perfect simple.

E.g.

I woke up at 8am and left for work after I’d had a shower and eaten some breakfast.

CONJUNCTIONS (After, As soon as, Before, By the time, Once, till, When, Unless, Until)

With these conjunctions of time, the past perfect shows that the first action MUST BE COMPLETED before the second action begins, otherwise the past simple is used.

E.g.

After….she finished, they left / she had finished, they left. (She had to finish first)

 As soon as…we arrived she said “hello”. / I had done it, I sent it to her. (I had to do it first)

She wouldn’t sign the contract  before…. seeing it / she had seen it. (She had to see it first)

They wouldn’t go unless….she came with them / they had seen it was safe.

(It was important to finish checking that it was safe before going)

For more information on conjunctions of time, see the worksheet called: When do I use the perfect tenses?.

 

  1. The Past Perfect Continuous Tense.

a)     The past perfect continuous is used for longer activities that were happening continuously up until a specified time in the past.

E.g.

He looked very tired (1), he had been working very hard (2) over the past three weeks.

As with the past continuous, the past perfect continuous can show the following:

Unfinished activity

E.g.     He hadn’t heard the telephone ring because he’d been reading.

Repeated activity

E.g.     I was tired. I’d been cutting wood all day.

With the past perfect simple, the focus is on the completed activity.

E.g.     He’d read three reports that morning.

He’d cut a huge pile of wood.

 

  1. The Future in the Past.

The future in the past is used to look into the future from a point of time in the past. However, this “future” event still occurred at a time before the present time.

E.g.

I woke up (1) at 8am yesterday. I was meeting my boss (2) at ten o’clock that morning, so I wouldn’t be able to have lunch (3) with Susan. I wasn’t going to get home (4) again until late that night.

Depending on the situation, the following tenses are used in the future in the past:

The past simple (a timetabled event) The past continuous (an arrangement)

 

Would (a prediction) Was going to (a plan)

 

Would be doing (an action at a specific time)

Would have done (action completed before a specified time)

Sumber :

http://www.vivquarry.com/wkshts/narrative.html

http://www.ef.co.id/englishfirst/englishstudy/jenis-jenis-pronoun-dalam-bahasa-inggris.aspx

 

Bahas Inggris Bisnis 2

Choose one which is wrong from the four choices
  1. She has finish working in the laboratories, and now she began to write the result of her experiment.
              A        B                                       C       D
Jawaban : A Karena sudah selesai bubjekmaka kata yang di gunakan harus has atau have V3

 

  1. No one would have attended the lecture if you told the truth about the guest speaker.
                      A                              B      C                     D
Jawaban : A Karena berupa kalimat if clause

 

  1. If Rudy would have studied German in college, he would have not found the scientific terminology
                        A                    B                                   C
so  difficlut to undertand.
                  D
Jawaban : A Had+V3 maka menjadi studied

 

  1. Our Spanish professor would like us spending more time in the laboratory practicing our pronunciation.
                                       A    B                      C                D
Jawaban : B Seharusnya to spend karena di rubah dari kalimat gerund menjadi to infinitive

 

  1. Marry usually arrives at the office at nine o’clock, but because the strom, she was two hours late.
                A                B                               C                           D
Jawaban : C Because di ganti menjadi because of

 

  1. The director felt badly about not giving Mary the position that she has sought with his company.
                         A             B                          C          D
Jawaban :  A Seharusnya bad, bukan badly

 

  1. The president went fishing after he has finished with the conference.
      A              B            C           D
Jawaban : D Seharusnya had finished bukan has finished

 

  1. Where do you live now? I live in Utah, my parents also do.
       A    B                   C                  D
Jawaban : D Seharusnya my parents do too karena kalimat agreement

 

  1. After she had bought himself and automobile, she sholdher bicycle.
                   A         B                     C       D
Jawaban : B Seharusnya her self bukan himself

 

  1. The next important question we have to decide is when we have to submitting the proposal.
                  A                       B                    C          D
Jawaban : D Seharusnya to submit karena merupakan kalimat to infinitive

 

  1. George hasn’t completed the assignment yet, and Maria hasn’t either.
              A                     B        C                   D
Jawaban : Tidak ada yang salah

 

  1. After George had returned to his househe was reading a book.
                      A            B          C      D
Jawaban : D Seharusnya he was read karena belum simple past

 

  1. The manager has finished working on the report last night, and now she will begin to write the other
                      A            B         C                                             D
proposal.
Jawaban : A Karena harus simple past

 

  1. After take the medication, the patient became drowsy and more manageable.
            A           B                      C                      D
Jawaban : A Karena kalimat reposition jadi harus di rubah menjadi kalimat gerund

 

  1. Because Sam and Jack had done all the work theirselves, they were unwilling to give the result to Joana.
      A                      B                      C                                  D
Jawaban : C Seharusnya them selves karena merupakan kalimat pronaund

 

  1. It was him who came running into the classroom with the news.
     A       B   C          D
Jawaban : B Seharusnya he bukan who

 

  1. If crisis would occurthose unfamiliar with the procedures would not know how to handle the situation.
                   A               B               C                                   D
Jawaban : A Seharusnya Occured karena jika ada if tidak boleh di ikuti oleh would dan will

 

  1. Anybody who plans to attend the meeting ought send a short note to the chairperson.
                 A         B                     C                      D
Jawaban : C  Seharusnya ought to send

 

  1. Louise is the more capable of the three girls who have tried out for the part in the play.
                  A               B                       C                   D
Jawaban : A Seharusnya the most

 

  1. Despite his smiling face, the second-place contestant is more sadder than the winner.
       A            B                       C                        D
Jawaban : D Kalimat perbandingan sadder tidak memerlukan kata more.

 

  1. It has been a long time since we have talked, isn’t it?
         A             B       C                     D
Jawaban : D Seharusnya hasn't it

 

  1. He is the only candidate who the faculty members voted not to retain on the list of eligible replacement
                A              B                                C                 D
fot Professor Kate.
Jawaban : B Seharusnya menggunakan kata whom karena bentuk kalimat relative clause

Tugas Softskill DIMENSI ETIS DALAM PENYELENGGARAAN USAHA, BISNIS ETIKA, TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DAN HUKUM. ETIKA DALAM BISNIS SEBAGAI RASA ETIKA BISNIS.

JOHN VELENTZAS1 – GEORGIA BRONI2

abstrak

etika bisnis adalah sistem prinsip-prinsip moral yang diterapkan dalam dunia komersial. Ini adalah daerah ilmiah baru karena menggabungkan teori hukum dan politik sebanyak dokumen filosofis dan historis. Etika menjadi istilah yang sangat fleksibel dan memiliki banyak aspek yang berbeda. Etika bisnis memberikan panduan untuk perilaku yang dapat diterima oleh organisasi di kedua perumusan strategi dan operasi sehari-hari. Pendekatan etis menjadi diperlukan baik untuk keberhasilan perusahaan dan citra perusahaan yang positif.

1 Etika Bisnis

1.1 Pendahuluan Istilah

“etika bisnis” digunakan dalam banyak cara yang berbeda. Etika bisnis merupakan bentuk etika terapan (Broni, 2010) yang meneliti prinsip etika dan masalah moral atau etika yang timbul dalam lingkungan bisnis (Solomon, 1991). Ini berlaku untuk semua aspek perilaku bisnis (Baumhart, 1968; Ferell – Fraedrich, 1997; Singer, 1991) dan relevan dengan perilaku individu dan organisasi bisnis secara keseluruhan (Bernard, 1972; Donaldson, 1982: 36).

Etika terapan adalah bidang etika yang berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan etis dalam berbagai bidang seperti teknik, hukum, bisnis dan etika medis (Preston, 1997: 6-11).

Etika bisnis terdiri dari seperangkat prinsip moral dan nilai-nilai (Jones – Parker – Bos, 2005: 17) yang mengatur perilaku organisasi sehubungan dengan apa yang benar dan apa yang salah (Badiou, 2001; Seglin, 2003). Itu merinci filosofi dan prioritas organisasi secara konkret dasar (Perancis, 1979; Perancis, 1995). Hal ini juga berisi tindakan larangan di tempat kerja (Collier – Esteban 2007: 19; Duska, 1999). Ini memberikan kerangka di mana organisasi dapat diatur secara hukum. Dengan waktu, filsafat moral tertentu telah membantu dalam evolusi empat konsep dasar etika. Mereka deontologism, relativisme, egoisme, dan utilitarianisme (Kotsiris, 2003). Makalah ini membahas prinsip-prinsip dasar etika bisnis dan menyoroti konsep tersebut di atas.

Etika bisnis adalah perilaku bahwa bisnis mematuhi dalam hubungan sehari-hari dengan dunia (Borgerson – Schroeder, 2008). Etika bisnis tertentu dapat beragam (Solomon, 1983). Mereka tidak hanya berlaku untuk bagaimana bisnis berinteraksi dengan dunia pada umumnya, tetapi juga untuk satu-satu hubungan mereka dengan pelanggan tunggal (Solomon, 1991).

Etika bisnis yang baik (American Psychological Association, 1992, 1999, 2001) harus menjadi bagian dari setiap bisnis (Preuss, 1997). Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan (Michalos, 1995). Ketika sebuah perusahaan melakukan bisnis dengan yang lain yang dianggap tidak etis, hal ini membuat perusahaan pertama tidak etis oleh asosiasi (Kahneman – Knetsch – Thaler, 1986; Velasquez, 1983)? Beberapa orang akan mengatakan ya, bisnis pertama memiliki tanggung jawab (Michalos, 1995) dan sekarang link dalam rantai bisnis yang tidak etis (Κanungο – Mendoca, 1996: 81).

Banyak bisnis global, termasuk sebagian besar merek utama yang penggunaan publik, dapat dilihat tidak berpikir terlalu tinggi etika bisnis yang baik (Maitland, 1994). Banyak merek utama telah didenda jutaan untuk melanggar hukum bisnis yang etis (Cory, 2005: 9). Uang adalah faktor penentu utama (Seglin, 2003).

Jika perusahaan tidak mematuhi etika bisnis dan melanggar hukum, mereka biasanya berakhir didenda (Drucker, 1981). Banyak perusahaan telah melanggar anti-trust, hukum etis dan lingkungan dan menerima denda senilai jutaan (Velasquez, 1983). Masalahnya adalah bahwa jumlah uang perusahaan-perusahaan ini membuat melebihi denda diterapkan (Green, 1991). Keuntungan buta perusahaan untuk kurangnya etika bisnis, dan menang uang tanda (De George, 1999).

Sebuah bisnis dapat menjadi multi-juta penjual, tapi apakah itu menggunakan etika bisnis yang baik dan orang yang peduli (Perancis, 1979)? Ada minuman populer lunak, restoran cepat saji, dan lembaga minyak bumi yang telah didenda waktu dan waktu lagi untuk perilaku yang tidak etis (Harwood, 1996). Etika bisnis harus menghilangkan eksploitasi, dari anak-anak toko keringat yang membuat sepatu untuk staf kopi melayani yang ditipu upah. Etika bisnis dapat diterapkan untuk segala sesuatu dari pohon-pohon ditebang untuk membuat kertas yang bisnis menjual kepada konsekuensi mengimpor kopi dari negara-negara tertentu (Aiken, 1991).

Pada akhirnya, mungkin sampai kepada masyarakat untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi memperbaiki etika bisnis (Clarke, 2004). Jika perusahaan membuat uang dalam jumlah besar, mereka mungkin tidak ingin memperhatikan terlalu dekat dengan perilaku etis mereka (Behrman, 1988). Ada banyak perusahaan yang membanggakan diri dalam etika bisnis yang benar (Stark, 1993), tetapi dalam dunia yang kompetitif, mereka menjadi sangat sedikit dan jauh antara (Knight, 1980).

Etika bisnis dapat menjadi seorang normative dan disiplin deskriptif (Abrams, 1954). Sebagai praktek perusahaan dan spesialisasi karir, lapangan terutama normatif. Dalam akademisi pendekatan deskriptif juga diambil. Rentang dan kuantitas masalah etika bisnis mencerminkan sejauh mana bisnis dianggap bertentangan dengan nilai-nilai sosial non-ekonomi. Secara historis, minat etika bisnis dipercepat secara dramatis selama tahun 1980 dan 1990-an, baik di dalam perusahaan besar dan dalam akademisi (Cory, 2005: 11). Sebagai contoh, website yang paling utama saat ini perusahaan memberikan tekanan pada komitmen untuk mempromosikan nilai-nilai sosial non-ekonomi di bawah berbagai judul (misalnya kode etik, charter tanggung jawab sosial). Dalam beberapa kasus, perusahaan telah didefinisikan ulang nilai-nilai inti mereka dalam terang bisnis pertimbangan etis (misalnya “luar minyak bumi” tilt lingkungan BP).

 

1.2 Sejarah.

Ditafsirkan secara luas sebagai refleksi moral pada perdagangan, etika bisnis mungkin setua perdagangan itu sendiri (DeGeorge 2005, dengan rincian). Jika hukum adalah panduan kasar untuk luas dipegang intuisi moral Kode Hammurabi (1700 SM), resep harga dan tarif dan meletakkan kedua aturan perdagangan dan hukuman yang keras bagi yang melanggar, sebagai wujud beberapa upaya peradaban awal untuk membangun kontur moral kegiatan komersial. Politik Aristoteles (300 SM) membahas hubungan eksplisit komersial di pembahasannya manajemen rumah tangga. Yahudi-Kristen moralitas, seperti yang diungkapkan dalam, misalnya, Talmud (200 AD) dan Sepuluh Perintah Allah meliputi aturan-aturan moral yang berlaku untuk perilaku komersial (DeGeorge, 2005).

Sebagai diskrit, sadar diri disiplin akademik, etika bisnis kira-kira berusia empat dekade. Raymond Baumhart ini (1961, 1963, 1968) terobosan penelitian pada tahun 1960 umumnya dipahami sebagai kontribusi awal untuk etika bisnis.

Richard DeGeorge (2005) tanggal etika bisnis akademik untuk tahun 1970, mengidentifikasi Baumhart sebagai cikal bakal sebuah etika bisnis akademik sadar diri.

Terkemuka ahli etika bisnis kontemporer Norman Bowie (1999, 2005) tanggal konferensi pertama akademik bidang untuk tahun 1974. Meskipun instruksi akademik secara eksplisit ditujukan untuk hubungan antara etika dan perdagangan dapat ditemukan di sekolah bisnis AS sedini tiga dekade pertama abad ke-20 , khususnya di perguruan tinggi Katolik dan universitas, penciptaan posisi akademis yang didedikasikan secara eksplisit etika bisnis dalam sekolah bisnis AS trek gelombang erat skandal perusahaan dari tahun 1980-an hingga saat ini.

Akademik ahli etika bisnis alamat pertanyaan yang berkisar di seluruh bidang fungsional bisnis, sehingga menimbulkan berbagai spesialisasi diakui dalam etika bisnis (misalnya, etika pemasaran, etika keuangan, etika akuntansi). Tapi meskipun berbagai pertanyaan dikejar, sebagian besar literatur akademik dan diskusi difokuskan lebih dekat pada (dan banyak pekerjaan fungsi spesifik terhubung erat dengan) perusahaan besar yang kepemilikannya sahamnya diperdagangkan di bursa publik.

Dalam etika arti luas dalam bisnis hanyalah penerapan norma-norma moral atau etika sehari-hari untuk bisnis (Bennett, 2003; Boylan, 1995). Mungkin contoh dari Alkitab yang datang ke pikiran paling mudah adalah Sepuluh Perintah Allah, panduan yang masih digunakan oleh banyak hari ini (DeGeorge, 2005). Secara khusus, perintah untuk kebenaran dan kejujuran atau larangan terhadap pencurian dan iri hati yang langsung diterapkan. Sebuah gagasan pengelolaan dapat ditemukan dalam Alkitab serta banyak gagasan lain yang dapat dan telah diterapkan untuk bisnis. Tradisi dan agama-agama lain memiliki sebanding teks-teks suci atau kuno yang telah membimbing tindakan masyarakat dalam semua alam, termasuk bisnis, selama berabad-abad, dan masih melakukan.

Di Barat, setelah jatuhnya Roma, Kristen memegang kekuasaan, dan meskipun ada berbagai diskusi kemiskinan dan kekayaan, kepemilikan dan properti, tidak ada pembahasan sistematis bisnis kecuali dalam konteks keadilan dan kejujuran dalam jual beli. Kami melihat ini, misalnya, dalam diskusi Thomas Aquinas (Summa Theilogiae) menjual artikel untuk lebih dari mereka patut dan menjualnya dengan harga lebih tinggi daripada yang dibayar untuk mereka dan dalam pembahasannya tentang, dan, berikut analisis Aristoteles, kutukannya riba. Meskipun demikian ia dibenarkan pinjaman untuk akhir yang baik dari seseorang yang siap untuk meminjamkan dengan bunga (DeGeorge, 2005).

Marx menyatakan bahwa kapitalisme dibangun pada eksploitasi tenaga kerja. Apakah ini adalah untuk dia klaim faktual atau hukuman moral terbuka untuk diperdebatkan; tetapi telah diambil sebagai hukuman moral sejak ‘eksploitasi’ adalah istilah yang dikenakan secara moral dan baginya tampaknya jelas melibatkan biaya ketidakadilan. Klaim Marx didasarkan pada analisis dari teori nilai kerja, yang menurut semua nilai ekonomi berasal dari tenaga manusia (Marx, 1867). Satu-satunya komoditas tidak dijual pada nilai sebenarnya, menurut Marx, adalah tenaga manusia. Pekerja dibayar kurang dari nilai yang mereka hasilkan. Selisih antara nilai pekerja memproduksi dan apa yang mereka dibayar adalah sumber keuntungan bagi majikan atau pemilik alat-alat produksi. Jika pekerja dibayar nilai yang mereka diproduksi, tidak akan ada keuntungan dan kapitalisme akan hilang. Sebagai gantinya akan sosialisme dan komunisme akhirnya, di mana semua properti secara sosial (sebagai lawan swasta) yang dimiliki, dan di mana semua anggota masyarakat akan berkontribusi sesuai dengan kemampuan mereka dan menerima sesuai dengan kebutuhan mereka. Hasilnya akan menjadi sebuah masyarakat (dan akhirnya dunia) tanpa eksploitasi dan juga tanpa keterasingan yang pengalaman pekerja dalam masyarakat kapitalis (DeGeorge, 2005).

Gagasan Marx eksploitasi dikembangkan oleh Lenin di Imperialisme (Lenin, 1917): di Tahap Tertinggi Kapitalisme, di mana ia mengklaim bahwa eksploitasi pekerja di negara-negara maju telah berkurang dan kondisi pekerja telah ditingkatkan karena eksploitasi terburuk memiliki telah diekspor ke koloni. Kritiknya telah diadaptasi oleh banyak kritikus kontemporer yang mengklaim bahwa perusahaan multinasional memperoleh keuntungan mereka dari eksploitasi pekerja di negara-negara kurang berkembang (DeGeorge, 2005).

Secara umum, di Amerika Serikat (Darcy, 1999) ini berfokus pada tindakan moral atau etika individu. Hal ini dalam pengertian ini juga bahwa banyak orang, dalam membahas etika bisnis, segera menaikkan contoh kegiatan tidak bermoral atau tidak etis oleh individu. Termasuk dengan gagasan ini, bagaimanapun, adalah juga kritik dari perusahaan-perusahaan multinasional yang menggunakan pekerja anak atau membayar upah menyedihkan rendah kepada karyawan di negara-negara kurang berkembang atau yang memanfaatkan pemasok yang menjalankan toko keringat. Banyak orang bisnis sangat dipengaruhi oleh keyakinan agama mereka dan norma-norma etika yang mereka telah diajarkan sebagai bagian dari agama mereka, dan menerapkan norma-norma ini dalam kegiatan bisnis mereka. Ini untai dari cerita ini adalah mungkin yang paling menonjol dalam pemikiran orang biasa ketika mereka mendengar etika bisnis jangka. Media membawa cerita tentang pejabat Enron7 bertindak tidak etis (Dembinski – Lager – Cornford – Bonvin, 2006; Elliott – Schroth, 2002) dan tentang kegiatan yang tidak etis dari Arthur Andersen atau WorldCom (Cook, 2005) dan seterusnya, dan masyarakat umum mengambil ini sebagai wakil dari etika bisnis atau kebutuhan untuk itu. Apa yang mereka maksud adalah kebutuhan untuk etika dalam bisnis (Sethi, 1995)

 

1.3 Bidang

1.3.1 Etika Bisnis Umum

ini bagian dari etika bisnis tumpang tindih dengan filosofi bisnis, salah satu tujuan yang adalah untuk menentukan tujuan fundamental perusahaan (De George, 1987). Jika tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan pengembalian kepada pemegang saham (Heath, 2006), maka harus dilihat sebagai tidak etis bagi perusahaan untuk mempertimbangkan kepentingan dan hak-hak orang lain (Marcoux, 2003). Tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR (Frederick, 1986; Frederick, 1994a; Frederick, 1994b; Hoffman – Frederick – Schwartz 2000) bekerja sebagai istilah umum di mana hak-hak etis dan tugas yang ada antara perusahaan dan masyarakat diperdebatkan (Donaldson – Dunfee 1994 ).

1.3.2 Etika keuangan

dasarnya keuangan adalah disiplin ilmu sosial (Dobson, 1997: xvii). Disiplin berbagi perbatasan dengan ilmu perilaku, sosiologi (Cetina – Preda, 2005), ekonomi, akuntansi dan manajemen. Keuangan yang disiplin bersangkutan masalah teknis seperti campuran optimal utang dan pendanaan ekuitas, kebijakan dividen, dan evaluasi proyek investasi alternatif, dan baru-baru valuasi opsi, futures, swap, dan surat berharga derivatif lainnya, diversifikasi portofolio dll , sering keliru untuk menjadi disiplin bebas dari beban etis (Dobson, 1997: xvii). Kebocoran ekonomi namun sering yang tidak bisa dijelaskan dengan teori siklus bisnis sendiri telah membawa etika keuangan ke permukaan. Etika keuangan diabaikan karena alasan lain: masalah di bidang keuangan sering disebut sebagai masalah hukum daripada etika (Boatright, 1999). Melihat lebih dekat ke dalam literatur tentang etika keuangan satu dapat yakin bahwa seperti halnya dengan wilayah operasional lain dari bisnis, etika di bidang keuangan juga adalah keras diperdebatkan.

 

1.3.2.1 Etika paradigma keuangan.

Ekonomi konvensional dipandang sebagai ilmu moral dan filsafat diarahkan pada shared “kehidupan yang baik” (Aristoteles 1948: 38 – Bagi Aristoteles, “akhir dan tujuan polis adalah kehidupan yang baik”), yang ditandai Adam Smith dalam hal mengatur barang-barang materi eksternal dan keunggulan intelektual dan moral internal karakter (Smith, 1982: VI.i.15).

Smith di Kekayaannya untuk berkomentar, “Semua sendiri, dan tidak untuk orang lain sepertinya, pada setiap jaman di dunia, menjadi lebih baik, ternyata pepatah dari pemimpin umat manusia” ( Smith, 1982:III.vi).

Namun, bagian dari para ekonom dipengaruhi oleh ideologi neoliberalisme (O’Neill, 1998:54 ), menganggap tujuan ekonomi akan memaksimalkan keuangan pertumbuhan melalui akselerasi konsumsi dan produksi barang dan jasa ( O’Neill, 1998:56). Di bawah pengaruh dari neoliberal, bidang keuangan bisnis yang merupakan komponen ekonominya untuk membentuk inti dari neoliberal ekonomi.

Selanjutnya, sejarah keuangan tidak menunjukkan bahwa perusahaan selalu mempertahankan prinsip kejujuran dan keadilan di bawah tidak diatur environments. kebijakan dan etika rekomendasi kepada negara-negara yang miskin oleh kerusakan akibat berabad-abad kolonial eksploitasi, berikutnya dingin perang dan takluk untuk kekaisaran hegemoni untuk menyatakan membuka ekonomi mereka untuk transnasional keuangan perusahaan adalah keras yang diperebutkan oleh etika dari berbagai tempat (Cavanagh – Moberq – perselingkuhan, 1981). Lebih lanjut, pernyataan bahwa deregulasi dan membuka ekonomi membawa ke korupsi juga di (Atwood, tahun 1998, Gitlow, 2005, Wolfenson, di tahun 1998).

Perusahaan, dalam wacana keuangan, dipandang sebagai sebuah jaringan yang kompleks projek, sebagian besar tersirat di antara berbagai kelompok kepentingan. ” Dalam hal ini wacana keuangan, yang rasional agen hanya orang yang mengejar pribadi material keuntungan iklan infinitum (Collins-Chobanian, 2005). Intinya, bersikap rasional dalam bidang keuangan adalah untuk menjadi individualistis, dimana, dan kompetitif ( Shaw – Barry, 2004 ).

Bisnis adalah permainan yang dimainkan oleh individu, seperti dengan semua permainannya adalah untuk menang, dan kemenangan adalah diukur dalam hal hanya material. Dalam latihan ini rasionalitas konsep tidak pernah mempertanyakan, dan memang menjadi theori perusahaan, sinus qua, ” (Dobson, 1997:ix).

Etika keuangan ketat berkurang sampai fungsi matematis dari pemegang saham kekayaan memaksimalkan. menyederhanakan – asumsi yang diperlukan dalam bidang keuangan untuk pembangunan secara matematis kuat model (Dobson, 1997:xvi). matematis chimera, diamati, memungkinkan para ahli di bidang keuangan menjadi wakil dari keserakahan pembenaran. Namun, sinyal teori dan badan teori di bidang keuangan mengungkapkan dengan jelas normatif undesirability kekayaan memaksimalkan (Dobson, 1997:xvi). Komite lihat dari kurang perspektif adalah hak istimewa ini dan pemangku kepentingan sebanyak itu adalah kewajiban perusahaan terhadap mereka.

1.3.3 Etika Manajemen Sumber Daya Manusia.

Etika manajemen sumber daya manusia (HRM) mencakup barang etika isu-isu yang timbul di sekitar employer-employee hubungan (Sennett, di tahun 1998), seperti hak dan kewajiban berutang antara majikan dan karyawan (Dessler, 2000, Pinnington, 2003, Walsh,).

Diskriminasi masalah termasuk diskriminasi atas dasar usia (ageism), jenis kelamin (Einarsen – Hoel, 1999), ras, agama (Tawney, 1926), cacat, berat badan dan daya tarik, kerja hukum (Brodsky 1976), keselamatan dan kesehatan (Budd – Arvey, 1996).

Antara tahun 1970 dan 1980, 11 persen dari terbesar Amerika perusahaan yang melakukan pelanggaran hukum, termasuk suap, tindak pidana penipuan, illegal kampanye kontribusi, penggelapan pajak, atau price-fixing. Well-known perusahaan dengan empat atau lebih keyakinan termasuk Braniff Internasional, Teluk Minyak, dan Ashland. Perusahaan dengan paling tidak dua keyakinan termasuk Sekutu, American Airlines, Betlehem Steel, Diamond Internasional, Firestone, Goodyear, International Kertas, Distillers, Northrop, Occidental Petroleum, Pepsico, Phillips Petroleum, R.J. Reynolds, Schlitz, Seagram, Tenneco, dan Amerika Merek. terakhir kali Carbide di Bhopal terkenal, seperti sistem ini Hutton kegagalan, Jendral Dynamics penipuan, dan tentu saja, Wall Street skandal melibatkan Ivan Boesky, David Levine, dan Michael Milken. Tidak Etis perilaku dalam bisnis lebih sering yang sistematis. Untuk tingkat besarnya adalah perilaku umum yang orang-orang yang biasanya tidak berpikir untuk melakukan sesuatu yang ilegal atau immoral. Tetapi mereka mendapatkan didukung untuk melakukan sesuatu yang tidak etis oleh sistem dan praktek mereka sendiri perusahaan dan industri. Tidak Etis perilaku dalam bisnis umumnya timbul ketika bisnis perusahaan untuk membayar secara eksplisit perhatian pada etika risiko yang diciptakan oleh sistem mereka sendiri dan pratices.

1.3.4 Etika penjualan dan Pemasaran.

Pemasaran, yang melampaui hanya pemberian informasi tentang (dan akses ke) produk, mungkin mencari untuk memanipulasi nilai-nilai kita dan perilaku (Barry, 2000). Untuk beberapa masyarakat menganggap ini sebagai hal yang wajar, tapi di mana etika akan menjadi menarik? Marketing etik tindih kuat dengan media etika, karena pemasaran membuat penggunaan berat media (Atwood, tahun 1998). Namun, media etika yang lebih banyak topik dan meluas di luar etika bisnis (Nielsen, 1996).

Pemasaran Komite merupakan bagian dari etika bisnis. Komite pada kesepakatan dengan prinsip nilai dan / atau cita-cita yang pemasar (dan lembaga) harus bertindak (Brenkert, 1999:179). Marketing etik juga, seperti induknya disiplin, yang diperebutkan. ” Discussions pemasaran etika adalah terfokus di sekitar dua utama masalah : satu adalah dari politik filosofi (O’Neill, tahun 1998) dan yang lainnya adalah dari transaction-focused praktik bisnis (Marcoux, 2009).Di satu pihak, ideologists seperti Milton Friedman dan Ayn Red, ia berpendapat bahwa satu-satunya etika dalam pemasaran adalah memaksimalkan keuntungan untuk pemegang saham. Jones – Parker, Bos, 2005:3, Murphy, 2002:168-169 ).

Marketing etik tidak terbatas pada bidang pemasaran saja, pengaruhnya tersebar di segala bidang kehidupan dan yang paling penting pembangunan “secara sosial yang menonjol dari orang-orang” dan “mempengaruhi beberapa orang secara moral yang positif dan interaksi dengan orang lain, dan jika mereka dapat berkontribusi untuk persepsi atau interaksi akan benar-benar aneh, kegiatan ini memiliki bantalan pada dasar etika pertanyaan” (Borgerson – Schroeder, 2008). Pemasaran, khususnya komunikasi visual, diamati, berfungsi sebagai alat epistemic itu (Borgerson – Schroeder, 2008:89) membatasi worldviews dalam stereotipe gender, kelas dan ras.

 

1.3.5 Komite Produksi

Daerah ini dari etika bisnis berkaitan dengan tugas perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan proses produksi tidak menyebabkan kerusakan (Phillip, 2008). semakin parah dilema di daerah ini muncul dari fakta bahwa ada biasanya tingkat bahaya dalam setiap produk atau proses produksi (Vandivier, 1983) dan sulit untuk menentukan tingkat kebolehan, atau tingkat kebolehan mungkin tergantung pada perubahan negara setempat teknologi (Marcoux, 2009) atau mengubah sosial persepsi diterima risiko (Velentzas – Broni, 2010a). Contoh : Defective, adiktif dan inheren berbahaya produk dan jasa (misalnya tembakau, alkohol, senjata, kendaraan bermotor, manufaktur bahan kimia, bungee jumping).

Seseorang harus membayar untuk lingkungan yang bersih. hal ini jelas bahwa dalam jangka panjang pelanggan membayar perbaikan lingkungan di mana ia hidup, jadi pertanyaannya adalah bagaimana pelanggan harus membayar untuk itu dan pelanggan harus membayar untuk itu? Pengurangan Polusi yang dihasilkan produk sampingan. Bisnis dan yang rajin dan sadar apa yang menyebabkan kondisi tertentu dan apa yang dapat dilakukan untuk menahan mereka dalam batas toleransi (Velentzas / Broni, 2010b). Setiap daftar di kategori polusi akan berisi setidaknya : polusi udara, polusi air, kimia polusi, pencemaran limbah, polusi suara visual polusi, dan bau. Masing-masing kategori utama dari polusi memiliki banyak subkategori di bawahnya. Selain itu, berbagai bentuk pencemaran ditempatkan terutama di satu kategori itu tidak berarti bahwa hal itu tidak berdampak pada yang lain kategori (misalnya, pencemaran limbah memiliki dampak pencemaran air jika limbah padat yang dibuang ke dalam air). Oleh karena itu, teknologi harus menemukan cara untuk menciptakan baru dan lebih buruk masalah lingkungan (, 1950).

1.3.6 Komite dan Teknologi

Komputer dan World Wide Web (WWW) adalah dua yang paling signifikan penemuan abad ke-20. Ada banyak masalah etika yang muncul dari teknologi ini (Turing, tahun 1950). Tidak mudah untuk mendapatkan akses ke informasi (Kallman – Grillo, 1996). Hal ini untuk pertambangan, tempat kerja, dan privasi yang diserang.

Medis teknologi telah meningkat juga. farmasi perusahaan memiliki teknologi untuk menyelamatkan hidup obat-obatan. Obat yang dilindungi hak paten dan tidak ada obat generik tersedia. Ini menimbulkan banyak etika pertanyaan (Tichy, 2003).

1.3.8 International Business Komite

Sementara etika bisnis muncul sebagai sebuah lapangan di tahun 1970-an, bisnis internasional etik tidak timbul hingga akhir 1990-an, melihat kembali di international perkembangan (Denis – McConnell, 2003) itu.

Banyak baru praktis issues10 muncul keluar (DeGeorge, 1993) internasional konteks bisnis (Enderle, 1999:1). Theoretical seperti budaya relativitas etika nilai menerima lebih menekankan di bidang ini (Braverman, 1999, Wartick, di tahun 1998).

1.3.9 Etika dalam sistem.

Ini samar-samar didefinisikan, mungkin bukan bagian dari tetapi hanya terkait etika bisnis (Lee, 2005), di mana bisnis etika menjadi bidang politik ekonomi dan politik, filsafat, fokus pada hak. dari berbagai sistem untuk distribusi manfaat ekonomi.

John Rawls (1971) dan Nozick (1974) berdua terkenal contributors11.

1.3.10  etika bisnis.

Sangat sering diadakan bahwa bisnis adalah tidak terikat oleh etika selain patuh pada hukum (Hasnas, 2005:39). Milton Friedman menjadi pelopor pandangan (Friedman, 1962, Friedman, tahun 1970). Dia mengadakan bahwa perusahaan memiliki kewajiban untuk membuat keuntungan dalam kerangka sistem hukum, tidak lebih (Machan, 2007:88). Friedman membuatnya jelas bahwa tugas dari para pemimpin bisnis adalah, “untuk membuat uang sebanyak mungkin ketika menyesuaikan diri dengan aturan dasar masyarakat, yang diwujudkan dalam hukum dan mereka diwujudkan dalam sebuah kebiasaan” (Friedman, tahun 1970). Komite untuk Friedman dari mematuhi dengan “bea cukai” dan “hukum”. pengurangan etik untuk abidance untuk hukum dan adat istiadat namun yang serius kritik (DeGeorge, tahun 1999).

Counter untuk Friedman logika diamati bahwa prosedur hukum yang technocratic, birokrasi dan dan wajib dimana etika tindakan teliti, mata pilihan di luar normativity. UU adalah Tanggal. Kejahatan mendahului hukum (Shapiro 1995). UU melawan kejahatan, untuk diteruskan, kejahatan pasti telah terjadi. Hukum yang buta terhadap kejahatan yang mengandung di dalamnya (Hasnas, 2005:15-18). Lebih lanjut, seperti, melakukan ini bukan tindak pidana, dilarang undang-undang yang memberikan peringatan lebih dulu seperti melakukan ini kriminal (Velentzas, 2005). Juga, presumes terdakwa tidak bersalah sampai terbukti bersalah dan bahwa negara harus membuat kesalahan terdakwa dari keraguan. Sesuai liberal hukum dilanjutkan di sebagian besar demokrasi, sampai pemerintah jaksa membuktikan perusahaan bersalah dengan sumber daya yang terbatas tersedia, terdakwa dianggap tak bersalah (Velentzas,). Meskipun liberal dalam hukum yang diperlukan untuk melindungi orang-orang dari dianiaya oleh pemerintah, tidak cukup mekanisme untuk membuat perusahaan secara moral jawab (Coleman, tahun 1987).

 

1.4 Konflik item : intable Minat

Bisnis etik dapat diperiksa dari berbagai perspektif, termasuk perspektif dari karyawan, iklan dan masyarakat secara umum sering, situasi muncul di mana ada konflik antara satu atau lebih dari partai-partai, sehingga melayani kepentingan satu partai merugikan lainnya.Sebagai contoh, sebuah hasil tertentu mungkin baik bagi karyawan, sedangkan, itu akan buruk bagi perusahaan, masyarakat atau sebaliknya. Kepala sekolah peran etik harus menjadi harmoni dan rekonsiliasi dari konflik kepentingan (Kemungkinan mengurangi dividen ) dan mungkin bahkan karyawan (melalui mungkin mengurangi gaji atau lebih kecil kenaikan upah) akan membayar untuk tingkat polusi pengurangan.

Luar Negeri negara sering menggunakan tangan sebagai sebuah ancaman, menjual produk dengan harga lebih rendah daripada normal nilai (Newman, 1985). Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam negeri. Ini menjadi sulit untuk pasar ini untuk bersaing dengan harga di pasar luar negeri (Velentzas, 2005:302). Pada tahun 2009, International Trade KPK telah meneliti anti-dumping. Membuang sering dilihat sebagai etika, sebagai perusahaan besar yang mengambil keuntungan dari lain yang kurang mampu secara ekonomi maju.

1.5 Ethical Masalah dan acara.

Para filsuf dan lainnya tidak setuju tentang tujuan dari suatu bisnis etika dalam masyarakat. Misalnya, ada yang utama tujuan dari suatu bisnis adalah untuk memaksimalkan kembali ke pemiliknya, atau dalam kasus publicly-traded, nya (Carroll, 1996, Clarkson, 1995). Dengan demikian, di bawah ini, hanya kegiatan yang meningkatkan profitabilitas dan pemegang saham itu harus didorong, karena orang lain berfungsi sebagai pajak pada keuntungan (Goodpaster, 1991). Beberapa percaya bahwa hanya perusahaan yang mungkin untuk bertahan hidup di sebuah pasar itu tempat itu keuntungan memaksimalkan di atas segalanya (Freeman, 2000). Namun, beberapa menunjukkan bahwa kepentingan diri sendiri masih akan membutuhkan sebuah bisnis untuk mematuhi hukum dan menempel dasar moral aturan, karena akibatnya gagal untuk melakukannya bisa sangat mahal di denda, kehilangan lisensi, atau perusahaan reputasi. terkemuka ekonom Milton Friedman (1970) adalah seorang pendukung ini.

Selain teori berpendapat bahwa bisnis moral – keterampilan yang melampaui melayani kepentingannya pemilik atau pemegang saham, dan ini tugas terdiri atas lebih dari hanya mematuhi hukum (Weber, 2006). Mereka percaya bisnis moral jawab untuk disebut-sebut sebagai pemangku kepentingan, orang yang memiliki minat dalam melakukan bisnis, yang mungkin termasuk karyawan, pelanggan, vendor, masyarakat setempat, atau bahkan masyarakat secara keseluruhan (Heath, 2006:533, Goodpaster, 1991:53).

Beberapa teori telah beradaptasi sosial kontrak teori, dimana perusahaan menjadi quasi-democratic asosiasi, dan karyawan dan pihak terkait lainnya diberikan suara lebih dari satu perusahaan ‘s operasi ( Donaldson 1982 ). Cara pendekatan ini telah menjadi sangat populer ketiga untuk kebangkitan kontrak dalam politik, filsafat, yang sebagian besar akibat John Rawls’ teori Hukum (1971) dan munculnya consensus-oriented dengan menyelesaikan permasalah bisnis, aspek dari “kualitas gerakan” yang muncul pada 1980-an. profesor Thomas Donaldson (tahun 1989) yang diajukan versi kontrak teori untuk bisnis, yang mereka sebut Integrative Sosial Contracts Teori. Mereka menyatakan bahwa konflik kepentingan yang terbaik diselesaikan oleh merancang sebuah “adil perjanjian” antara pihak-pihak itu, menggunakan kombinasi i ) makro – prinsip-prinsip bahwa semua rasional orang akan setuju sebagai prinsip universal, dan ii ) Lembaga – pihak yang berkepentingan (Biress, 2005). Kecaman – kecaman mengatakan, para pendukung kontrak teori merindukan titik pusat, yang bisnis adalah milik dan tidak mini – negara atau sarana penyebaran keadilan sosial.

Perdebatan etis masalah dapat timbul ketika perusahaan harus sesuai dengan banyak dan kadang-kadang yang sedang konflik itu sah atau standar budaya, seperti dalam kasus perusahaan multinasional yang beroperasi di negara-negara dengan berbagai praktik (Barry, 2000). Pertanyaannya muncul, misalnya, seharusnya perusahaan untuk mematuhi hukum negara asalnya, atau harus mengikuti lebih ketat hukum negara negara berkembang yang melakukan bisnis? Untuk menjelaskan, Amerika Serikat hukum melarang perusahaan dari membayar suap baik di dalam negeri atau luar negeri, namun, di belahan dunia lainnya, suap ini seperti biasa, menerima cara untuk melakukan bisnis (Jennings, 2000). Kondisi serupa dilontarkan bisa terjadi gangguan yang berkaitan dengan pekerja anak, keamanan, jam kerja, pemberian gaji, diskriminasi dan perlindungan lingkungan.

Ini kadang mengklaim bahwa Gresham hukum etik berlaku di mana buruk etika praktek jalan keluar yang baik etika praktek (Phillips, 2008). Hal ini diklaim bahwa dalam sebuah lingkungan, perusahaan-perusahaan yang bertahan adalah orang-orang yang menyadari bahwa mereka hanya berperan untuk memaksimalkan profit.

1.6 Perusahaan Komite Kebijakan

Sebagai bagian dari lebih komprehensif kepatuhan dan etika program, banyak perusahaan telah dirumuskan dalam kebijakan yang berkaitan dengan berperilaku etis karyawan. Kebijakan ini dapat sederhana exhortations di tengah, highly-generalized bahasa (biasanya disebut perusahaan etik pernyataan), atau mereka dapat lebih rinci kebijakan yang spesifik perilaku persyaratan [biasanya disebut perusahaan kode etik ( Cragg, 2005, Smets, 1992, Williams, 2000 )]. Mereka umumnya dimaksudkan untuk mengidentifikasi perusahaan perkiraan pekerja dan untuk menawarkan bantuan dalam menangani beberapa yang lebih umum etika masalah yang mungkin timbul dalam melakukan bisnis (Jaffe, tahun 1989). Diharapkan menggunakan kebijakan akan menimbulkan lebih besar kesadaran beretika, konsistensi dalam aplikasi, dan menghindari etika bencana (Turban.).

Banyak perusahaan yang menilai faktor-faktor lingkungan yang dapat menyebabkan karyawan untuk terlibat dalam melanggar kode etik perilaku. kompetitif lingkungan bisnis dapat menghubungi untuk tidak etis. Berbohong memiliki menjadi diharapkan dalam bidang seperti perdagangan. Sebuah contoh dari ini adalah isu-isu yang tidak etis tindakan dari Saloman Saudara (Vandivier, 1983).

Tidak semua orang mendukung kebijakkan perusahaan yang mengatur berperilaku etis (Perancis Anda). Ada yang mengatakan bahwa etika masalah yang lebih baik ditangani oleh tergantung pada karyawan untuk menggunakan mereka sendiri.

Yang lain percaya bahwa perusahaan etik kebijakan terutama pada utilitarian kekhawatiran, dan bahwa mereka untuk membatasi, kewajiban hukum, atau kenyataan public dengan memberikan penampilan menjadi baik perusahaan warga (Kotsiris, 2003). Idealnya, perusahaan akan menghindari gugatan karena karyawannya akan mengikuti aturan. Jika gugatan, perusahaan dapat mengklaim bahwa masalah tidak akan muncul jika karyawan hanya mengikuti kode dengan baik.

Untuk menjadi sukses, kebanyakan etika akan menunjukkan bahwa etika kebijakan harus ( ISSE – AMANKAN 2007:141-142.)

  1. Mengingat tegas dukungan manajemen atas, oleh kedua dan contoh.
  2. Dijelaskan secara tertulis dan lisan, dengan periodik penguatan.
  3. Tugasmu, dan dilakukan oleh seluruh karyawannya.
  4. Di pantau oleh manajemen atas, dengan rutin pemeriksaan untuk memenuhi dan perbaikan.
  5. Di dukung oleh jelas tertera konsekuensi dalam kasus pembangkangan.

6 Tetap netral dan nonsexist.

 

1.7 Terkait Disciplines

Bisnis etik harus dibedakan dari filosofi bisnis (Anscombe, 1958), cabang filosofi yang berhubungan dengan filosofis, politik, dan etika underpinnings bisnis (Louis, 1999, Moriarty, 2005:453) dan ekonomi (Anscombe, 1958:33). Bisnis etika bekerja pada premis, misalnya, etika operasi bisnis swasta mungkin (Bernard, 1972) – mereka yang sengketa itu alasan, seperti libertarian socialists, (yang berpendapat bahwa “etika bisnis” adalah istilah yang tidak berarti) melakukannya dengan definisi di luar wilayah etika bisnis yang tepat (perselingkuhan, 1998, perselingkuhan, 2002).

Filosofi dari bisnis juga berhubungan dengan pertanyaan (Capaldi, 2006:68) seperti, jika ada, sosial jawab dalam bisnis (Clarke, 2004.), manajemen bisnis teori, teori individualisme vs kolektivisme, bebas akan antar peserta di pasar, peran kepentingan diri sendiri, insible hand teori, kebutuhan keadilan sosial, dan alami, terutama hak kekayaan, dalam kaitannya dengan bisnis enterprise (Badaracco, 1995).

Bisnis etik juga politik ekonomi yang ekonomi analisa politik dan sejarah perspektif (Velentzas – Broni, 2010c). Pengamat politik ekonomi yang berhubungan dengan mewujudkan pendistribusian konsekuensi ekonomi. Ini pertanyaan yang mendapatkan dan yang kalah dari kegiatan ekonomi, dan resultant lebih adil atau hanya, yang menjadi pusat masalah etika (Barry, 2000).

  1. Perusahaan Social Responsbility

Jenderal DPR pada Perusahaan Social Responsbility.

Salah satu organisasi yang utama, tujuan adalah kewajibannya untuk bekerja pada sosial yang bertanggung jawab ( Carroll, 1979, Colley – Doyle – Logan – Stettinius, 2004 ; Kotsiris, 2002 ). Karenanya, pengakuan bahwa besar kekuatan perusahaan modern (Carroll, 2000, Minzberg, 1983) membawanya yang sama besar jawab untuk menggunakan kekuatan tersebut bertanggung jawab adalah pesan penting bagi para manajer (Perancis, 1995). Di sini, kita kaji corporate social responsibility dan daerah yang bersangkutan manajerial etik ( Clarke, 2004 ; Crawford.C. J. (2007).

Sejumlah studi telah mencoba untuk tiba di konsensus tentang tanggung jawab sosial (Feltus – Petit – Vernadat, 2009), tapi sampai (Perancis Anda). Meskipun sulit untuk menyajikan yang tepat tentang tanggung jawab sosial, banyak penelitian untuk mengidentifikasi berbagai jenis sosial responsif kegiatan (Haley, 1991), ini daftar kegiatan ini manager usaha (Hoecklin, 1995), dan ukuran dan menyusun menurut daftar relatif frekuensi respon yang kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang lembaga atau orang yang mempertanyakan (Collins, 1995). Selain itu, konsep tanggung jawab sosial adalah terus berkembang konsep dan memiliki arti yang berbeda untuk orang yang berbeda (Stange, 1994:461).

Hal pertama yang komprehensif dengan era modern tanggung jawab sosial adalah mengantar pada tahun 1953 dengan publikasi Howard R. Bowen buku Social Responbility dari Pengusaha. Bowen merasa bahwa publik jawab, kewajiban sosial, dan bisnis moralitas adalah sinonim untuk tanggung jawab sosial dan menggambarkan hubungan sosial tanggung jawab pengusaha sebagai :.

Situs jawab mengacu pada kewajiban pengusaha untuk mengejar mereka, untuk membuat keputusan, atau untuk mengikuti mereka garis tindakan yang diinginkan dalam hal budaya dan nilai-nilai dari masyarakat kita (Bowen, 1978).

Jawaban sosial atas bisnis meliputi aspek ekonomi, hukum, etika, dan sekehendak hati harapan bahwa masyarakat memiliki organisasi di setiap titik waktu. (Archie, 2000, Kitson – Campbell, tahun 1996).

Ide dasarnya dari tanggung jawab sosial bersama itu perusahaan memiliki kewajiban untuk bekerja pada perbaikan. (Frederick, 1986).

 

2.1.1 Klasik View Beberapa pengamat

Mulai dari Adam Smith ke Milton Friedman, berpendapat bahwa tanggung jawab sosial tidak harus menjadi bagian dari Proses pengambilan keputusan manajemen. Milton Friedman (1970) telah menyatakan bahwa fungsi bisnis terbaik ketika menempel nya Misi utama – memproduksi barang dan jasa dalam batasan hukum masyarakat. Ini tanggung jawab adalah untuk mencoba memaksimalkan kembali. Friedman menyatakan teorinya tentang tanggung jawab sosial bisnis dalam kutipan berikut dari Capitalism and Freedom: Dalam perekonomian seperti itu, ada satu dan hanya satu tanggung jawab bisnis – untuk menggunakan sumber daya dan terlibat dalam kegiatan dirancang untuk meningkatkan keuntungannya selama menginap nya dalam aturan permainan, yang mengatakan, terlibat dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa penipuan atau penipuan. Ada tiga ide utama dalam argumen bahwa bisnis harus memikul tanggung jawab sosial:

  • Masyarakat mengharapkan bisnis untuk memikul tanggung jawab sosial.
  • jangka panjang diri kepentingan bisnis yang terbaik disajikan ketika bisnis mengasumsikan tanggung jawab.
  • Asumsi responsibili sosial

2.1.2 Kontemporer View

Pandangan kontemporer adalah bisnis yang, sebagai anggota penting dan berpengaruh dalam masyarakat, bertanggung jawab untuk membantu menjaga dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan masyarakat. Keith Davis (1975), pendukung kuat tanggung jawab sosial perusahaan, menawarkan definisi klasik tanggung jawab perusahaan mengusulkan 5 proposisi berikut:

Proposisi 1: Social tanggung jawab muncul dari kekuatan sosial.

Proposisi 2: Bisnis harus beroperasi sebagai dua arah sistem terbuka dengan penerimaan terbuka masukan dari masyarakat dan pengungkapan terbuka pengungkapan operasinya kepada publik.

Proposisi 3: Kedua biaya sosial dan manfaat sosial dari suatu kegiatan, produk, atau layanan harus benar-benar dihitung dan dipertimbangkan untuk memutuskan apakah atau tidak untuk melanjutkan dengan itu.

Proposisi 4: biaya sosial yang berkaitan dengan setiap kegiatan, produk, atau layanan akan diteruskan kepada konsumen.

Proposisi 5: lembaga bisnis, sebagai warga negara, memiliki tanggung jawab untuk terlibat dalam masalah sosial tertentu yang luar daerah normal operasi.

Banyak manajer counter bahwa tindakan yang paling bertanggung jawab secara sosial perusahaan dapat terlibat dalam adalah untuk memaksimalkan keuntungan. Pandangan ini didasarkan pada empat ide terkait (Stahl – Grigsby, 1997: 100-101):

  • Laba memaksimalkan adalah satu-satunya tujuan yang sah bisnis.
  • Tanggung jawab sosial merongrong sistem pasar.
  • Peran pemerintah dan bisnis akan bingung.
  • Mengejar program sosial serta tujuan ekonomi bisa membuat perusahaan-perusahaan terlalu kuat.

Manajer hari ini merasa bahwa pemisahan sekali jelas antara sektor publik dan swasta telah rusak (Ciulla, 2004a; Ciulla, 2004b).

2.1.3 Tanggung Jawab Sosial dan Perusahaan

Di masa sebelumnya manajer hanya menyibukkan diri dengan hasil ekonomi dari keputusan mereka (Ostas, 2001).Today it is generally accepted that business firms have social responsibilities (Fuller – Tilley, 2005). Social responsibility is complex because must be made in a wide variety of areas (Mescon – Taylor, 1987).

Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat didefinisikan sebagai ekspektasi ekonomi, hukum, etika, dan diskresioner bahwa masyarakat memiliki organisasi pada suatu titik waktu tertentu (Carroll, 1996). Konsep tanggung jawab sosial perusahaan berarti bahwa organisasi memiliki moral, etika, dan tanggung jawab filantropis (Kotsiris, 2002) selain tanggung jawab mereka untuk mendapatkan yang adil kembali untuk investor dan mematuhi hukum (Capaldi, 2005). Pandangan tradisional dari korporasi menunjukkan bahwa utama, jika tidak satu-satunya, Tanggung jawab adalah untuk pemiliknya, atau pemegang saham (Decker, 2004)

  1. sepuluh prinsip Global Compact PBB

Sepuluh prinsip Global Compact PBB di bidang hak asasi manusia, perburuhan, lingkungan dan anti-korupsi yang universal menikmati konsensus dan yang berasal dari (http://www.unglobalcompact.org/aboutthegc/thetenprinciples/index.html, Velentzas – Broni, 2010c:121-123):

  1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
  2. Deklarasi Organisasi Buruh Internasional tentang Prinsip dan Hak Mendasar di Tempat Kerja

3.The Rio Deklarasi tentang Lingkungan dan Pembangunan

  1. UN Global Compact meminta perusahaan untuk merangkul, dukungan dan memberlakukan, dalam lingkup pengaruh mereka, satu set inti nilai-nilai di bidang hak asasi manusia, standar buruh, lingkungan dan anti korupsi
  2. Kesimpulan

Ketika orang-orang bisnis berbicara tentang “etika bisnis” mereka biasanya berarti satu dari tiga hal:

(1) menghindari melanggar hukum pidana dalam kegiatan yang berhubungan dengan pekerjaan seseorang;

(2) menghindari tindakan yang dapat mengakibatkan hukum sipil sesuai terhadap perusahaan dan

(3) menghindari tindakan yang buruk bagi citra perusahaan.

Bisnis yang terutama berkaitan dengan tiga hal karena mereka melibatkan hilangnya uang dan reputasi perusahaan. Secara teori, sebuah bisnis bisa mengatasi tiga masalah ini dengan menetapkan perusahaan pengacara dan ahli hubungan masyarakat untuk mengawal karyawan pada kegiatan sehari-hari mereka. Kapan saja seorang karyawan mungkin menyimpang dari jalan yang lurus dan sempit perilaku yang dapat diterima, itu ahli akan membimbingnya kembali. Jelas solusi ini akan menjadi bencana keuangan jika dilakukan dalam praktek karena akan biaya bencana jika dilakukan dalam praktek karena akan biaya lebih banyak bisnis di pengacara dan humas biaya dari mereka akan menyelamatkan dari perilaku karyawan yang tepat. Mungkin enggan, bisnis beralih ke filsuf untuk menginstruksikan karyawan untuk menjadi “moral.” Selama lebih dari 2.000 tahun filsuf memiliki sistematis membahas masalah perilaku benar dan salah. Agaknya, kemudian, filsuf dapat mengajarkan karyawan pemahaman dasar moralitas akan menjaga mereka keluar dari kesulitan.

Namun, bukan tidak mungkin bahwa para filsuf dapat mengajarkan orang untuk menjadi etis. Tugas mengajar moralitas terletak tepat di pundak orang tua dan lingkungan sosial seseorang awal. Pada saat filsuf memasukkan gambar, itu terlalu terlambat untuk mengubah moral kecenderungan orang dewasa. Juga, bahkan jika filsuf bisa mengajar moralitas, rekomendasi mereka tidak selalu yang paling finansial efisien. Meskipun menjadi moral yang dapat menyimpan sebuah perusahaan dari beberapa mimpi buruk hukum dan hubungan masyarakat, moralitas dalam bisnis juga mahal.Sebuah perusahaan yang bertanggung jawab secara moral harus membayar perhatian khusus untuk keamanan produk, dampak lingkungan, jujur periklanan, pemasaran teliti, dan kondisi kerja yang manusiawi. Ini mungkin lebih dari bisnis yang ketat-dianggarkan menawar. Kita tidak bisa dengan mudah mengatasi ketegangan antara kepentingan etis dari pebisnis uang berpikiran dan ideal-minded filsuf. Dalam sebagian besar masalah etika bisnis, prinsip-prinsip moral yang ideal akan diperiksa oleh kelayakan ekonomi.Gagasan yang lebih ambisius dari Corporate Social Responsibility menekankan peran yang dimainkan oleh perusahaan dalam membentuk aturan hukum dan hasil dari sengketa hukum.

TULISAN BAHASA INDONESIA

Awal dimulai penulisan ilmiah pada smester 5,dan harus selesai di smester 6 ini,buat saya ini tantangannya jadi seorang mahasiswa sebelum menempuh skripsi untuk mendapatkan gelar s1,dimana sulitnya mengumpulkan data,mencari dosen untuk melakukan bimbingan.Apalagi ketika penulisan yang sudah jadi dan di serahkan kepada pembimbing harus di coret-coret untuk refisi berulang kali itu adalah tantangannya.Dimana semua harus mengejar target untuk sidang untuk penulisan ilmiah tersebut.Tapi ini baru tahap awal dari mahasiswa,karna tahap yang paling beratnya nanti ada pada skripsi.

TUGAS BAHASA INDONESIA

KARANGAN ILMIAH

Menurut Brotowidjoyo, karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuanyang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/ keilmiahannya (Susilo, M. Eko, 1995:11).

Karangan Ilmiah atau yang sering disebut karya ilmiah adalah karangan yang dibuat berdasarkan cara yang sistematis dan memiliki ciri-ciri tertentu. Demikian juga karangan non ilmiah memiliki ciri khasnya tersendiri. Lalu bagaimana membedakan satu sama lainnya, di dalam tulisan ini akan dijelaskan bagaimana membedakan antara semua jenis karangan tersebut.

Macam – macam karangan ilmiah:

Ada berbagai macam karangan ilmiah, berikut diantaranya :

Laporan penelitian. Laporan yang ditulis berdasarkan penelitian. Misalnya laporan penelitian yang didanai oleh Fakultas dan Universitas, laporan ekskavasi arkeologis yang dibiayai oleh Departemen Kebudayaan, dsb.

Skripsi. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik sarjana strata satu (Si).

Tesis. Tulisan ilmiah untuk mendapatkan gelar akademik strata dua (S2), yaitu Master.

Disertasi. Tulisan ilmiah untuk mendapat gelar akademik strata tiga (S3), yaitu Doktor.

Surat pembaca. Surat yang berisi kritik dan tanggapan terhadap isi suatu tulisan ilmiah.

Laporan kasus. Tulisan mengenai kasus-kasus yang ada yang dilandasi dengan teori.

Ciri-Ciri Karangan Ilmiah:

  1. Menyajikan fakta objektif secara sistematis
  2. Pernyataan cermat, tepat, tulus, dan benar, serta tidak memuat terkaan
  3. Penulisnya tidak mengejar kuntungan pribadi
  4. Penyusunannya dilaksanakan secara sistematis, konseptual dan procedural
  5. Tidak memuat pandangan-pandangan tanpa dukungan fakta
  6. Tidak emotif menonjolkan perasaan
  7. Tidak bersifat argumentatif, tetapi kesimpulannya terbentuk atas dasar fakta 

Pengertian Laporan Ilmiah

Laporan ialah suatu wahana penyampaian berita, informasi, pengetahuan, atau gagasan dari seseorang kepada orang lain. Laporan ini dapat berbentuk lisan dan dapat berbentuk tulisan. Laporan yang disampaikan secara tertulis merupakan suatu karangan. Jika laporan ini berisi serangkaian hasil pemikiran yang diperoleh dari hasil penelitian, pengamatan ataupun peninjauan, maka laporan ini termasuk jenis karangan ilmiah. Dengan kata lain, laporan ilmiah ialah sejenis karangan ilmiah yang mengupas masalah ilmu pengetahuan dan teknologi yang sengaja disusun untuk disampaikan kepada orang-orang tertentu dan dalam kesempatan tertentu.

Dasar Membuat Laporan Ilmiah

Ada beberapa hal yang mendasari dalam pembuatan Laporan Ilmiah. Diantaranya :

  1. Kegiatan menulis laporan ilmiah merupakan kegiatan utama terakhir dari suatu kegiatan ilmiah.
  2. Laporan ilmiah mengemukakan permasalahan yang ditulis secara benar, jelas, terperinci, dan ringkas.
  3. Laporan ilmiah merupakan media yang baik untuk berkomunikasi di lingkungan akademisi atau sesama ilmuwan.
  4. Laporan ilmiah merupakan suatu dokumen tentang kegiatan ilmiah dalam memecahkan masalah secara jujur, jelas, dan tepat tentang prosedur, alat, hasil temuan, serta implikasinya.
  5. Laporan ilmiah dapat digunakan sebagai acuan bagi ilmuwan lain sehingga syarat-syarat tulisan ilmiah berlaku juga untuk laporan.

Jenis-jenis Laporan Ilmiah

Dari beberapa sumber yang ada, terdapat 3(tiga) jenis Laporan Ilmiah yaitu sebagai berikut :

1. Laporan Lengkap (Monograf)

  • Menjelaskan proses penelitian secara menyeluruh.
  • Teknik penyajian sesuai dengan aturan (kesepakatan) golongan profesi dalam bidang ilmu yang bersangkutan.
  • Menjelaskan hal-hal yang sebenarnya yang terjadi pada setiap tingkat analisis.
  • Menjelaskan (juga) kegagalan yang dialami,di samping keberhasilan yang dicapai.
  • Organisasi laporan harus disusun secara sistamatis (misalnya :judul bab,subbab dan seterusnya,haruslah padat dan jelas).

2. Artikel Ilmiah

  • Artikel ilmiah biasanya merupakan perasan dari laporan lengkap.
  • Isi artikel ilmiah harus difokuskan kepada masalah penelitian tunggal yang obyektif.
  • Artikel ilmiah merupakan pemantapan informasi tentang materi-materi yang terdapat dalam laporan lengkap.

3. Laporan Ringkas

Laporan ringkas adalah penulisan kembali isi laporan atau artikel dalam bentuk yang lebih mudah dimengerti dengan bahasa yang tidak terlalu teknis (untuk konsumsi masyarakat umum).

Fungsi Laporan Ilmiah

  1. Laporan penelitian mengkomunikasikan kepada pembaca seperangkat data dan ide spesifik. Ide spesifik. Spesifik tersebut disampaikan secara jelas dan cukup rinci agar dapat dievaluasi.
  2. Laporan Ilmiah harus dilihat sebagai sumbangan dalam khasanah ilmu pengetahuan.
  3. Laporan Ilmiah harus berfungsi sebagai stimulator dan mengarahkan pada penelitian selanjutnya.

Sistematika Penulisan

Pada dasarnya ada dua bentuk sistematika penulisan ilmiah , yaitu penulisan proposal penelitian dan laporan hasil penelitian. Pada umumnya sistematika penulisan proposal penelitian danpenulisan laporan penelitian sebagai berikut :

BAGIAN AWAL

  • halaman judul
  • Halaman persetujuan dan pengesahan (pada laporan penelitian ,sebelum halaman kata pengantar dicantumkan intisari /abstrak)
  • Halaman kata pengantar atau prakata
  • Daftar isi
  • Daftar tabel (jika ada)
  • Daftar gambar (jika ada)
  • Daftar lampiran (jika ada)

BAGIAN UTAMA

BAB I PENDAHULUAN

  • Latar Belakang Masalah
  • Rumusan masalah
  • Tujuan penelitian
  • Ruang lingkup
  • Manfaat penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

  • Landasan teori/ tinjauan teoretis
  • Kerangak teori
  • Kerangka konsep
  • Hipotesis atau pertamyaan penelitian (jika ada hipotesis)

BAB III METODE PENELITIAN ATAU CARA PENELITIAN

  • Jenis penelitian
  • Populasi sample (untuk penelitian disertai unit penelitian )
  • Variabel penelitian (untuk penelitian laboratorium / eksperimental, sebelum variabel penelitian dicantumkan bahan dan alat)
  • Definisi operasioanal variabel atau istilah –istilah lain yang digunakan untuk memberi batasan operasional agar jelas yang dimahsud dalam penelitian itu.
  • Desain / rancangan penelitian ( tidak harus , kecuali pada penelitian eksperimental)
  • Lokasi dan waktu penelitian
  • Teknik pengumplan data.
  • Instrumen penelitian yang digunakan
  • Pengolahan dan Analisis data

BAB IV – HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI – RINGKASAN

BAGIAN AKHIR

Terdiri dari Daftar pustaka dan Lampiran – lampiran; Instrumen penelitian, Berbagai data sekunder yang diperlukan, Anggaran penelitian, dan Jadwal penelitian.

Sumber :

http://dahlanforum.wordpress.com/2009/08/29/menyusun-laporan-ilmiah/

Cara Penulisan Laporan Ilmiah

http://mikhaanitaria.blogspot.com/2010/04/laporan-ilmiah.html

http://repository.binus.ac.id/content/A0282/A028263511.ppt

BAHASA INDONESIA

Karangan ilmiah dan karangan non ilmiah

Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam artikel ini akan dibahas tentang 3 jenis karangan, yaitu: karangan ilmiah, karangan non ilmiah, dan karangan semi ilmiah. Berikut ini penjelasannya.

I. Karangan ilmiah
Karangan ilmiah adalah biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Ada berbagai jenis karya ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar atau simposium, dan artikel jurnal yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan bagi ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.

Tujuan karya ilmiah: agar gagasan penulis karya ilmiah itu dapat dipelajari, lalu didukung atau ditolak oleh pembaca.

Fungsi karya ilmiah: sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

1. Penjelasan (explanation)
2. Ramalan (prediction)
3. Kontrol (control)

Hakikat karya ilmiah: mengemukakan kebenaran melalui metodenya yang sistematis, metodologis, dan konsisten.

Syarat menulis karya ilmiah :

1. motivasi dan displin yang tinggi
2. kemampuan mengolah data
3. kemampuan berfikir logis (urut) dan terpadu (sistematis)
4. kemampuan berbahasa

Sifat karya ilmiah formal harus memenuhi syarat:

1. Lugas dan tidak emosional
Mempunyai satu arti, sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain).

2. Logis
Disusun berdasarkan urutan yang konsisten

3. Efektif
Satu kebulatan pikiran, ada penekanan dan pengembagan.

4. Efisien
Hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

5. Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku.
Jenis-jenis karya ilmiah
karya ilmiah di perguruan tinggi, menurut Arifin (2003), dibedakan menjadi:

1. Makalah, adalah karya tulis ilmiah yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. makalah menyajikan masalah dengan melalui proses berpikir deduktif atau induktif.

2. Kertas kerja, seperti halnya makalah, adalah juga karya tulis ilmiah yang menyajikan sesuatu berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif. Analisis dalam kertas kerja lebih mendalam daripada analisis dalam makalah.

3. Skripsi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasarkan pendapat orang lain. Pendapat yang diajukan harus didukung oleh data dan fakta empiris-objektif, baik bedasarkan penelitian langsung (obsevasi lapangan, atau percobaan di laboratorium), juga diperlukan sumbangan material berupa temuan baru dalam segi tata kerja, dalil-dalil, atau hukum tertentu tentang salah satu aspek atau lebih di bidang spesialisasinya.

4. Tesis, adalah karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam dibandingkan dengan skripsi. Tesis mengungkapkan pengetahuan baru yang diperoleh dari penelitian sendiri.

5. Disertasi, adalah karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat dibuktikan oleh penulis berdasarkan data dan fakta yang sahih (valid) dengan analisis yang terinci). Disertasi ini berisi suatu temuan penulis sendiri, yang berupa temuan orisinal. Jika temuan orisinal ini dapat dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan penguji, penulisnya berhak menyandang gelar doktor (S3).

Manfaat Penyusunan karya ilmiah

Menurut sikumbang (1981), sekurang-kurangnya ada enam manfaat yang diperoleh dari kegiatan tersebut :

1. Penulis dapat terlatih mengembangkan keterampilan membaca yang efektif karena sebelum menulis karya ilmiah, ia mesti membaca dahulu kepustakaan yang ada relevansinya dengan topik yang hendak dibahas.

2. Penulis dapat terlatih menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber, mengambil sarinya, dan mengembangkannya ke tingkat pemikiran yang lebih matang.

3. Penulis dapat berkenalan dengan kegiatan perpustakaan seperti mencari bahan bacaan dalam katalog pengarang atau katalog judul buku.

4. Penulis dapat meningkatkan keterampilan dalam mengorganisasi dan menyajikan data dan fakta secara jelas dan sistematis.

5. Penulis dapat memperoleh kepuasan intelektual.

6. Penulis turut memperluas cakrawala ilmu pengetahuan masyarakat.

II. Karangan Semi Ilmiah

Adalah sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu tulisan dan penulisannyapun dengan bahasa konkret, gaya bahasa formal, dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam suatu tulisan dan penulisannya tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan non-ilmiah. Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan misal dalam komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel, roman dan cerpen.

Karakteristiknya berada diantara ilmiah. Ciri-ciri karangan Semi Ilmiah antara lain
1. Ditulis berdasarkan fakta pribadi
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa formal dan popular
4. Mementingkan diri penulis
5. Melebihkan-lebihkan sesuatu
6. Usulan-usulan bersifat argumentatif, dan
7. Bersifat persuasif.

III. Karangan Non Ilmiah (Fiksi)
Adalah satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti penokohan, plot, konflik, klimaks, setting dsb.

Ciri-ciri karangan Non Ilmiah :
1. Ditulis berdasarkan fakta pribad
2. Fakta yang disimpulkan subyektif
3. Gaya bahasa konotatif dan popular
4.  Tidak memuat hipotesis
5. Penyajian dibarengi dengan sejarah
6.  Bersifat imajinatif
7. Situasi didramatisir, dan
8. Bersifat persuasif.

Berdasarkan karakteristik karangan ilmiah, semi-ilmiah, dan nonilmiah yang telah disebutkan di atas, yang tergolong dalam karangan ilmiah adalah laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi; yang tergolong karangan semi-ilmiah antara lain artikel, feature, kritik, esai, resensi; yang tergolong karangan nonilmiah adalah anekdot, dongeng, hikayat, cerpen, cerber, novel, roman, puisi, dan naskah. Perbedaan-perbedaan yang dimaksud dapat dicermati dari beberapa aspek.Pertama, karya ilmiah harus merupakan pembahasan suatu hasil penelitian (faktual objektif). Faktual objektif adalah adanya kesesuaian antara fakta dan objek yang diteliti. Kesesuaian ini harus dibuktikan dengan pengamatan atau empiri. Kedua, karya ilmiah bersifat metodis dan sistematis. Artinya, dalam pembahasan masalah digunakan metode atau cara-cara tertentu dengan langkah-langkah yang teratur dan terkontrol melalui proses pengidentifikasian masalah dan penentuan strategi. Ketiga, dalam pembahasannya, tulisan ilmiah menggunakan ragam bahasa ilmiah. Dengan kata lain, ia ditulis dengan menggunakan kode etik penulisan karya ilmiah. Perbedaan-perbedaan inilah yang dijadikan dasar para ahli bahasa dalam melakukan pengklasifikasian.

sumber : http://sellyinthewords.blogspot.com/2012/03/perbedaan-karangan-ilmiah-semi-ilmiah.html

http://argen26.blogspot.com/2013/04/perbedaan-karya-ilmiah-semi-ilmiah-dan.html

http://id.wikipedia.org

http://www.kopertis3.or.id/html/wp-content/uploads/2011/05/penulisan-ilmiah.pdf

http://dianpurnamasari1004.wordpress.com/2013/04/02/karya-ilmiah-karya-non-ilmiah-dan-karya-ilmiah-populer/

Tugas Softskill Bahasa Indonesia

Bagian 1 penalaran

       Pengertian Penalaran

  1. Berdasarkan e-learning gunadarma Penalaran adalah bentuk tertinggi dari pemikiran. Secara sederhana penalaran dapat diartikan sebagai proses pengambilan kesimpulan berdasarkan proposisi-proposisi yang mendahuluinya.
  2. Berdasarkan Wikipedia Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.
  3. Berdasarkan Para Ahli: 1. Bakry (1986:1) menyatakan bahwa Penalaran atau Reasoning merupakan suatu konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. 2. Suriasumantri (2001:42) mengemukakan secara singkat bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir dalam pengambilan suatu simpulan yang berupa pengetahuan. 3. Keraf (1985:5) berpendapat bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubung-hubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, menuju kepada suatu kesimpulan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penalaran adalah suatu proses berpikir manusia untuk menghubungkan fakta-fakta atau data yang sistematik menuju suatu kesimpulan berupa pengetahuan. Dengan kata lain, penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.

Proposisi

Proposisi adalah pernyataan tentang hubungan yang terdapat di antara subjek dan predikat. Dengan kata lain, proposisi adalah pernyataan yang lengkap dalam bentuk subjek-predikat atau term-term yang membentuk kalimat. Kalimat Tanya,kalimat perintah, kalimat harapan , dan kalimat inversi tidak dapa disebut proposisi . Hanya kalimat berita yang netral yang dapat disebut proposisi. Tetapi kalimat-kalimat itu dapat dijadikan proposisi apabila diubah bentuknya menjadi kalimat berita yang netral.

Jenis-Jenis Proposisi

Proposisi dapat dipandang dari 4 kriteria, yaitu berdasarkan :

  1. Berdasarkan bentuk
  2. Berdasarkan sifat
  3. Berdasarkan kualitas
  4. Berdasarkan kuantitas

Berdasarkan bentuk, proposisi dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Tunggal adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan satu predikat atau hanya mengandung satu pernyataan.

Contoh :

  • Semua petani harus bekerja keras.
  • Setiap pemuda adalah calon pemimpin.

2) Majemuk atau jamak adalah proposisi yang terdiri dari satu subjek dan lebih dari satu predikat.

Contoh :

  • Semua petani harus bekerja keras dan hemat.
  • Paman bernyanyi dan menari.

Berdasarkan sifat, proporsis dapat dibagi ke dalam 2 jenis, yaitu:

1) Kategorial adalah proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak membutuhkan / memerlukan syarat apapun.

Contoh:

  • Semua kursi di ruangan ini pasti berwarna coklat.
  • Semua daun pasti berwarna hijau.

2) Kondisional adalah proposisi yang membutuhkan syarat tertentu di dalam hubungan subjek dan predikatnya. Proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu: proposisi kondisional hipotesis dan disjungtif.

Contoh proposisi kondisional:

  • jika hari mendung maka akan turun hujan

Contoh proposisi kondisional hipotesis:

  • Jika harga BBM turun maka rakyat akan bergembira.

Contoh proposisi kondisional disjungtif:

  • Christiano ronaldo pemain bola atau bintang iklan.

Berdasarkan kualitas, proposisi juga dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

Positif(afirmatif) adalah proposisi yang membenarkan adanya persesuaian hubungan antar subjek dan predikat.

Contoh:

  • Semua dokter adalah orang pintar.
  • Sebagian manusia adalah bersifat sosial.

Negatif adalah proposisi yang menyatakan bahawa antara subjek dan predikat tidak mempunyai hubungan.

Contoh:

  • Semua harimau bukanlah singa.
  • Tidak ada seorang lelaki pun yang mengenakan rok.
  • Berdasarkan kuantitas., proposisi dapat dibedakan ke dalam 2 jenis, yaitu:
  • Umum adalah predikat proposisi membenarkan atau mengingkari seluruh subjek. Contoh:
  • Semua gajah bukanlah kera.
  • Tidak seekor gajah pun adalah kera.
  • Khusus adalah predikat proposisi hanya membenarkan atau mengingkari subjeknya. Contoh:
  • Sebagian mahasiswa gemar olahraga.
  • Tidak semua mahasiswa pandai bernyanyi.

Inferensi dan Implikasi

Inferensi adalah membuat simpulan berdasarkan ungkapan dan konteks penggunaannya. Dalam membuat inferensi perlu dipertimbangkan implikatur. Implikatur adalah makna tidak langsung atau makna tersirat yang ditimbulkan oleh apa yang terkatakan (eksplikatur).

Terdapat 2 jenis metode Inferensi :

Inferensi Langsung

Yaitu inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.

Contoh : Ban motor ani pecah sedangkan ani besok ingin pergi ke kampus, tetapi ani tidak mempunyai uang untuk mengganti ban motor.

kesimpulan : ani besok tidak pergi ke kampus karena ban motornya pecah.

Inferensi Tak Langsung

Yaitu inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.

Contoh :

A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.

B : Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa.

Inferensi yang menjembatani kedua ucapan tersebut misalnya (C) berikut ini.

C : Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.

Implikasi adalah suatu keterlibatan antara dua buah objek atau lebih. Untuk lebih jelasnya berikut penjelasanya. Contoh :

“Jika matahari bersinar maka udara terasa hangat” Jadi, bila kita tahu bahwa matahari bersinar, kita juga tahu bahwa udara terasa hangat. Karena itu akan sama artinya jika kalimat di atas kita tulis sebagai:

“Bila matahari bersinar, udara terasa hangat”. ”Sepanjang waktu matahari bersinar, udara terasa hangat”. “Matahari bersinar berimplikasi udara terasa hangat”. “Matahari bersinar hanya jika udara terasa hangat”.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka untuk menunjukkan bahwa udara tersebut hangat adalah cukup dengan menunjukkan bahwa matahari bersinar atau matahari bersinar merupakan syarat cukup untuk udara terasa hangat.

Sedangkan untuk menunjukkan bahwa matahari bersinar adalah perlu dengan menunjukkan udara menjadi hangat atau udara terasa hangat merupakan syarat perlu bagi matahari bersinar. Karena udara dapat menjadi hangat hanya bila matahari bersinar.

Wujud Evidensi

Evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Dalam argumentasi, seorang penulis boleh mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia menganggap pembaca sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan daripadanya. Evidensi itu berbentuk data atau informasi, yaitu bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu, biasanya berupa statistik, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

Unsur yang paling penting dalam suatu tulisan argumentatif adalah evidensi. Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, semua informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran. Fakta dalam kedudukan sebagai evidensi tidak boleh dicampur-adukkan dengan apa yang dikenal sebagai pernyataan atau penegasan. Pernyataan tidak mempunyai pengaruh apa-apa terhadap sebuah evidensi, ia hanya sekedar menegaskan apakah suatu fakta itu benar atau tidak. Dalam ergumentasi, seorang penulis dapat mengandalkan argumentasinya pada pernyataan saja, bila ia mengganggap pendengar sudah mengetahui fakta-faktanya, serta memahami sepenuhnya kesimpulan-kesimpulan yang diturunkan kepadanya.

Dalam wujudnya yang paling rendah evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu. Biasanya semua bahan informasi berupa statistic, dan keterangan-keterangan yang dikumpulkan atau diberikan oleh orang-orang kepada seseorang, semuanya dimasukkan dalam pengertian data (apa yang diberikan) dan informasi (bahan keterangan).

Cara menguji data

Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.

  1. Observasi
  2. Kesaksian
  3. Autoritas

Cara menguji fakta

Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

a) Konsistensi

Konsistensi dalam ilmu logika adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi. Tidak adanya kontradiksi dapat diartikan baik dalam hal semantik atau berhubung dengan sintaksis. Definisi semantik yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika ia memiliki model; ini digunakan dalam arti logika tradisional Aristoteles walaupun dalam logika matematika kontemporer terdapat istilah satisfiable yang digunakan. Berhubungan dengan pengertian sintaksis yang menyatakan bahwa sebuah teori yang konsisten jika tidak terdapat rumus P seperti yang kedua P dan penyangkalan adalah pembuktian dari aksioma dari teori yang terkait di bawah sistem deduktif.

b) Koherensi

Koherensi merupakan pengaturan secara rapi kenyataan dan gagasan, fakta, dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga mudah memahami pesan yang dihubungkannya. Ada beberapa penanda koherensi yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya penambahan (aditif), rentetan (seri), keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan (komparasi), pertentangan (kontras), hasil (simpulan), contoh (misal), kesejajaran (paralel), tempat (lokasi), dan waktu (kala).

Cara Menguji Authoritas

Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.

  • Tidak mengandung prasangka

Yang tidak mengandung prasangka artinya pendapat itu disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli itu sendiri, atau didasarkan pada hasil-hasil  eksperimental yang dilakukannya.

  • Pengalaman dan pendidikan autoritas

Pengalaman dan pendidikan yang diperolehnya harus dikembangkan lebih lanjut dalam kegiatan-kegiatan sebagai seorang ahli yang diperoleh melalui pendidikannya.

  • Kemashuran dan prestise

Apakah  pendapat yang diberikan autoritas sejalan dengan perkembangan dan kemajuan zaman atau koheren dengan pendapat sikap terakhir dalam bidang itu. Untuk memperlihatkkan bahwa penulis benar-benar siap dengan persoalan yang tengah diargumentasikan, jangan berdasarkan pada satu autoritas saja, maka hal itu memperlihatkan bahwa penulis kurang menyiapkan diri.

  • Koherensi dengan kemajuan

Kohesi dan koherensi merupakan syarat utama kewacanaan atau tekstualitas, Keduanya merupakan konsep kepaduan. Pengertian Kohesi adalah Keterpaduan Bentuk sedangkan koherensi adalah Kepaduan Makna. Teks atau wacana yang kohesif berarti setiap unsur lahirnya terpadu secara internal dalam satuan teks tersebut. Tegasnya, setiap komponen teks lahir, misalnya kata aktual yang didengar atau dibaca, saling terhubung dalam rangkaian. Unsur-unsur komponen lahirnya harus saling tergantung. Jadi, kehadiran yang satu serasi dengan kehadiran yang lain baik bentuk maupun distribusinya.

Sumber :   http://dessydemasi.blogspot.com/2014/03/proporsisi-inferensi-implikasi.html

http://nu2ges.blogspot.com/p/proposisi-term-penalaran-dan-permis.html

http://opiicko.blogspot.com/2014/03/penalaran-proposisi-inferensi-implikasi_25.html

Bagian 2 Berpikir Deduktif

1. Deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

Contoh: Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.

Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat utamanya terletak di awal paragaraf dan dilengkapi dengan kalimat penjelas sebagai pelengkapnya. Paragraf ini diawali dengan pernyataan umum dan disusul dengan penjelasan umum. Istilah deduktif berarti bersifat deduksi. Kata deduksi yang berasal dari bahasa Latin: deducere, deduxi, deductum berarti ‘menuntun ke bawah; menurunkan’; deductio berarti ‘penuntunan; pengantaran’. Paragraf deduktif adalah paragraf yang dimulai dari pernyataan yang bersifat umum, kemudian diturunkan atau dikembangkan dengan menggunakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat khusus itu bisa berupa penjelasan, rincian, contoh-contoh, atau bukti-buktinya. Karena paragraf itu dikembangkan dari pernyataan umum dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan khusus, dapatlah dikatakan bahwa penalaran paragraf deduktif itu berjalan dari umum ke khusus.

Contoh Paragraf Deduktif

Plastik mengepung kehidupan kita. Limbah plastik tergolong sampah yang sulit terurai secara alamiah. Kondisi ini mengundang reaksi karena rongsokan plastik merupakan krisis sampah padat. Cara mengatasinya adalah daur ulang, karena dianggap jalan yang paling aman. Masalahnya bagaimana meningkatkan teknologi daur ulang sehingga dapat dihasilkan bahan baku plastik yang kualitasnya bagus.

Bisa dilihat pada paragraf diatas bahasan utama dari paragraf tersebut adalah tentang sampah yang mengepung kehidupan kita, kemudian kalimat utama tersebut dijelaskan lagi oleh kalimat kalimat penjelas yang ada berikutnya. jadi sebenarnya inti dari paragraf tersebut merupakan masalah sampah yang merajalela. sekarang kita lanjutkan pada contoh paragraf induktif.

2. Silogisme

Silogisme merupakan proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik suatu proposisi baru (berupa konklusi).

Macam-macam Silogisme :

  1. Silogisme Kategorial

Silogisme kategorial disusun berdasarkan klasifikasi premis dan kesimpulan yang kategoris. Premis yang mengandung predikat dalam kesimpulan disebut premis mayor, sedangkan premis yang mengandung subjek dalam kesimpulan disebut premis minor.

Contoh :

Premis Mayor : Tidak ada manusia yang kekal
Premis Minor : Socrates adalah manusia
Kesimpulan : Socrates tidak kekal

  1. Silogisme Hipotesis

Silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis. Konditional hipotesis yaitu : bila premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Bila minornya Menolak anteseden, simpulannya juga menolak konsekuen.

Contoh :

Premis Mayor : Jika tidak ada air, manusia akan kehausan.
Premis Minor : Air tidak ada.
Kesimpulan : Manusia akan kehausan.

  1. Silogisme Alternatif

Silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Simpulannya akan menolak alternatif yang lain.

Contoh :

Premis Mayor : Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor.
Premis Minor : Nenek Sumi berada di Bandung.
Kesimpulan : Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

3. Entimen

Entimen adalah silogisme yang diperpendek. Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.

Contoh entimem:

  • Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
  • Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu Anda berhak menerima hadiahnya.

Sumber : http://raachmaa.blogspot.com/2014/03/deduktif-silogisme-entimem-dan-rantai.html

Bagian 3 Berpikir Induktif

Apa itu penalaran induktif ?

Penalaran induktif adalah proses berpikir untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus. Penalaran ini memudahkan untuk memetakan suatu masalah sehingga dapat dipakai dalam masalah lain yang serupa. Catatan bagaimana penalaran induktif ini bekerja adalah, meski premis-premis yang diangkat benar dan cara penarikan kesimpulannya sah, kesimpulannya belum tentu benar. tapi kesimpulan tersebut mempunyai peluang untuk benar..Penalaran induktif dapat berbentuk generalisasi, analogi, dan kausal.

Ciri-Ciri Paragraf Induktif

  • Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kesimpulan terdapat di akhir paragraf
  • Menemukan Kalimat Utama, Gagasan Utama, Kalimat Penjelas
  • Kalimat utama paragraf induktif terletak di akhir paragraf
  • Gagasan Utama terdapat pada kalimat utama
  • Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus
  • Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung gagasan utama

Beberapa Contoh Paragraf Induktif

  1. Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksa sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biaya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anak yang tetua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh berat beban hidupnya.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu Sungguh berat beban hidupnya.

  1. Di era zaman globalisasi ini, banyak orang yang memiliki sepeda motor. Itu disebabkan, karena sekarang mereka bisa memiliki sepeda motor dengan cepat dan mudah. Agar tidak datang terlambat, banyak orang yang berangkat bekerja dengan mengendarai sepeda motor. Bahkan anak sekolah pun tidak mau kalah. Mereka berangkat ke sekolah memilih mengendarai sepeda motor. Dari pada naik sepeda biasa ataupun angkutan umum. Begitu juga dengan ibu-ibu. Untuk pergi ke pasar saja, mereka menggunakan sepeda motor. Hal ini menunjukkan bahwa sekarang sepeda motor dianggap sebagai barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Gagasan utama paragraf tersebut terdapat diakhir paragraf (Induktif), yaitu sepeda motor dianggap sebagai barang yang sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari.

Penalaran Induktif Generalisasi

Generalisasi adalah penalaran induktif dengan cara menarik kesimpulan secara umum berdasarkan sejumlah data. Jumlah data atau peristiwa khusus yang dikemukakan harus cukup dan dapat mewakili.

Contoh:

  1. Kenaikan BBM baru-naru ini tekah menyebabkan harga-harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Para pengguna angkutan umum harus membayar dua kali lipatbesarnya dari sebelum adanya kenaikan BBM. langkanya BBM membuatmasyarakat resah dan panik..
  2. Untuk mendapatkan komputer dengan kinerja yang memuaskan, kita wajib membeli hardware dan meng-upgrade software dengan baik. Bukan hanya itu saja, semua komponen komputer haruslah dirawat dengan baik agar tidak terjadi kerusakan. Dan pemakaian komputer haruslah baik, mulai dari penataan cahaya, suhu udara dan lama komputer dalam keadaan aktif. Jangan sampai komputer dalam keadaan menyala, tetapi tidak diakses. Jadi, untuk mendapatkan kinerja maksimal, memuaskan dan awet kita harus benar-benar memperhatikan komputer kita.
  3. Saya melihat orang-orang asyik membaca koran di halte bus. Kegiatan serupa juga saya jumpai di peron stasiun kereta api. Saat saya jalan-jalan di taman hal yang sama juga saya lihat orang duduk bersantai sambil membaca koran. Bahkan, ketika saya keluar ruang dan sampai di trotoar, saya melihat berderet anak sekolah, kawula muda, dan orang dewasa semua sedang membaca. Jadi, banyak orang yang memanfaatkan waktu untuk membaca.

Penalaran Hipotesis dan teori

Hipotesa adalah sebuah Informasi yang masih belum teruji kebenarannya, sedangkan Teori adalah sebuah fakta yang tepat dan bisa dipertanggung jawabkan.

Hipotese (hypo : di bawah, tithenai : menempatkan) adalah semacam teori yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta tertentu sebagai penunun untuk meneliti fakta lebih lanjut. Sebaliknya, teori sebenarnya merupakan hipotese yang secara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotese. Teori adalah azas – azas yang umum dan abstrak yang diterima secara ilmiah dan sekurang – kurangnya data dipercaya untuk menerangkan fenomena – fenomena yang ada. Hipotese merupakan suatu dugan yang bersifat sementara mengenai sebab –sebab atau relasi antara fenomena – fenomena, sedangkan teori merupakan hipotese yang telah di uji dan yang dapat diterapkan pada fenomena – fenomena yang relevan atau sejenis.

Dengan demikian, walaupun hipotese merupakan cara yang baik untuk mempertalikan fakta –fakta tertentu, suatu waktu hipotese itu dapat ditolak karena fakta – fakta baru yang dijumpai bertentangan atau tidak lagi menunjang hipotese tadi. Sebab itu persoalan yang dihadapi adalah bagaimana merumuskan sebuah hipotese yang kuat. Untuk merumuskan sebuah hipotese yang baik perhatian beberapa ketentuan berikut :

Secara maksimal memperhitungkan semua evidensi yang ada; semakin banyak evidensi yang digunakan, semakin kuat hipotese yang diajukan (ciri kuantitatif).

Bila tidak ada alasan – alasan lain, maka antara dia hipotese yang tidak mungkin diturunkan, lebih baik memilih hipotese yang sederhana daripada yang rumit. Bila menghadapi seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian ,apakah harus mengatakan bahwa ia tidak lulus karena tidak belajar dan tidak menguasai pelajarannya, atau karena para dosen menaruh sentiment terhadapnya sehingga member nilai yang menjatuhkannya?

Sebuah hipotese tidak pernah terpisah dari semua pengetahuan dan pengalaman manusia walaupun mungkin fakta – faktanya meyakinkan (prinsipkohorensi).

Hipotese bukan hanya menjelaskan fakta – fakta yang membentuknya, tetapi juga harus menjelaskan juga fakta – fakta lain sejenis yang belum di selidiki.

Hipotesis ini merupakan suatu jenis proposisi yang dirumuskan sebagai jawaban tentatif atas suatu masalah dan kemudian diuji secara empiris. Sebagai suatu jenis proposisi, umumnya hipotesis menyatakan hubungan antara dua atau lebih variabel yang di dalamnya pernyataan-pernyataan hubungan tersebut telah diformulasikan dalam kerangka teoritis. Hipotesis ini, diturunkan, atau bersumber dari teori dan tinjauan literatur yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti.

Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.

Penalaran Induktif Analogi

Analogi adalah penalaran dengan cara membandingkan dua hal yang banyak menandung persamaan. Dengan kesamaan tersebut dapatlah ditarik kesimpulannya. Paragraf analogi ini merupakan bagian paragraf induktif.

Contoh:

Peternakan merupakan aspek perekonomian yang penting dan menjanjikan. Selain dapat menjadi lahan pendapatan, peternakan juga memiliki dampak positif meningkatkan gizi masyarakat. Pengembangan peternakan dapat memenuhi kebutuhan daging warga sehingga negara tidak perlu mengimpor daging dari luar. Pertanian juga merupakan aspek perekonomian yang penting. Pengembangan pertanian dapat memenuhi kebutuhan beras warga sehingga impor dari luar tidak diperlukan.

Penalaran Induktif Kausal (Sebab Akibat)

Hubungan kausal adalah proses penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal ada tiga jenis, yaitu sebagai berikut:

  • Sebab – Akibat. Sebab – akibat ini berpola A menyebabkan B.
  • Akibat – Sebab. Akibat – sebab ini berpola Akibat dari B
  • Akibat–Akibat. Akibat–akibat merupakan penalaran yang menyiratkan penyebabnya, Peristiwa akibat langsung disimpulkan pada akibat yang lain.

Contoh :

  1. Kemarau tahun ini cukup panjang. Sebelumnya, pohon-pohon di hutan sebagi penyerap air banyak yang ditebang. Di samping itu, irigasi di desa ini tidak lancar. Ditambah lagi dengan harga pupuk yang semakin mahal dan kurangnya pengetahuan para petani dalam menggarap lahan pertaniannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan panen di desa ini selalu gagal.
  2. Bencana banjir lumpur akibat jebolnya tanggul Sumur Urip di Semarang Selatan menimbulkan berbagai macam penyakit. Beberapa penyakit yang akan timbul sesudah bencana adalah diare, tifus, dan demam berdarah. Masalah kesehatan pada korban dan masyarakat di sekitar lokasi bencana harus diantisipasi. Beberapa penyakit itu muncul karena lingkungan kotor dan sumber air bersih tercemar lumpur.
  3. Lima tahun yang lalu hutan bakau di Cilacap dibabat habis-habisan. Lahan bekas hutan bakau itu disulap menjadi tambak-tambak udang windu. Memang, pada waktu itu pengusaha udang windu memperoleh keuntungan besar karena harganya sangat mahal diluar negeri. Akan tetapi,setelah barang dagangan itu tidak laku dipasaran internasional, para pengusaha kembali ke kota, meninggalkan kerusakan lingkungan. Laut tercemar karena hutan bakau yang menyaring limbah yang masuk ke laut tidak ada lagi. Sekarang, puluhan ribu nelayan sulit menghidupi keluarganya karena tak ada ikan yang dapat ditangkap di tepi pantai.

Induksi dalam Metode Eksposisi Eksposisi

adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.

Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:

  • Menentukan topik/tema
  • Menetapkan tujuan
  • Mengumpulkan data dari berbagai sumber
  • Menyusun kerangka karangan sesuai topik yang dipilih
  • Mengembangkan kerangka menjadi eksposisi

Referensi :

http://www.wayankatel.com/2012/09/pengertian-ciriciri-contoh-paragrafinduktif.html

http://laser-ijo.blogspot.com/2013/03/contoh-pararaf-induktif-sebab-akibat.html

http://jurnalmasbro.wordpress.com/2012/12/12/belajar-mengenal-paragraf-berpola-induktif-generalisasi-analogi-dan-kausal/

http://laser-ijo.blogspot.com/2013/03/contoh-paragraf-induktif-generalisasi.html

SIKAP, MOTIVASI DAN KONSEP DIRI

Pengertian Sikap

Menurut Gordon Allpor dalam Hartono Sastro Wijoyo (2005), Sikap adalah mempelajari kecenderungan memberikan tanggapan pada suatu obyek baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten.

Menurut Hawkins (1980). Sikap dapat didefinisikan sebagai cara kita berfikir, merasakan dan bertindak terhadap beberapa aspek

Kinner dan Taylor (1987) menyatakan bahwa sikap adalah pemandangan individu berdasarkan pengertahuan penilaian dan proses orientasi tindakan terhadap suatu obyek atau gejala.

Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1992) sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang menunjukan orang berespon dengan cara menguntungkan atau tidak menguntungkan secara konsisten berkenaan dengan obyek atau alternative yang diberikan.

Melalui tindakan dan proses pembelajaran, orang  akan mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi perilaku pembeli. Kepercayaan adalah suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang tentang sesuatu. Suatu sikap menjelaskan suatu organisasi dari motivasi, perasaan emosional, persepsi dan proses kognitif kepada suatu aspek. Lebih lanjut sikap adalah cara kita berpikir, merasakan dan bertindak melalui aspek di lingkungan seperti toko retail, program televise atau produk. Sikap menuntun orang untuk berperilakku relative konsisten terhadap objek yang sama.

Pengertian Motivasi

Motivasi konsumen yang dilakukan oleh produsen sangat erat sekali berhubungan dengan kepuasaan konsumen. Untuk itu perusahaan selalu berusaha untuk membangun kepuasan konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen dengan berbagai kebutuhan dan tujuan dalam konteks perilaku konsumen mempunyai peranan penting karena motivasi timbul karena adanya kebutuhan yang belum terpenuhi dan tujuan yang ingin dicapai. Kebutuhan menunjukkan kekurangan yang dialami seseorang pada suatu waktu tertentu. Kebutuhan di pandang sebagai penggerak atau pembangkit perilaku. Artinya jika kebutuhan akibat kekurangan itu muncul, maka individu lebih peka terhadap usaha motivasi para konsumen.

Dengan demikian motivasi dapat diartikan sebagai pemberi daya penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerjasama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan. Motivasi konsumen adalah keadaaan di dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai suatu  tujuan. Dengan adanya motivasi pada diri seseorang akan menunjukkan suatu perilaku yang diarahkan pada suatu tujuan untuk mencapai sasaran kepuasan. Jadi motivasi adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.

Pengertian Konsep Diri

Menurut   Stuart dan Sudeen 9!(88), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini  termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya.

Komponen Sikap

Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude)    yaitu :

  1. Kognitif (cognitive)
    Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
  2. Afektif (affective)
    Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
  3. Konatif (conative)
    Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.

Sifat-Sifat Sikap

Secara umum bahwa sikap dapat dibagi menjadi dua sifat yaitu sifat negative dan sifat positif. Sifat negative menimbulkan kecenderungan untuk menjauh, memberi ataupun tidak menyukai keberadaan suatu objek. Sedangkan sifat positif menimbulkan kecenderungan untuk menyenangi, mendekat, menerima atau bahkan mengharapkan kehadiran objek tertentu. Sikap selain memiliki dua sifat, juga memiliki beberapa cir-ciri antara lain :

  1. a) Sikap selalu menggambarkan hubungan subjek dengan objek
  2. b) Sikap tidak dibawa sejak lahir tetai dipelajari berdasarkan pengalaman dan latihan
  3. c) Karena sikap dapat dipelajari maka sikap dapat diubah meskipn sulit
  4. d) Sikap tidak menghilang walau kebutuhan sudah terpenuhi
  5. e) Sikap tidak hanya satu macam saja melainkan sangat beragam sesuai dengan objek yang menjadi pusat perhatiannya
  6. f) Dalam sikap tersangkut faktor motivasi dan perasaan

Petingnya Feeling dalam memahami Sikap Konsumen

Azwa (1995) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pembetukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam individu.

  1. a) Pengalaman pribadi Middlebrook (dalam Azwar 1995) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dmiliki oleh seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negative terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan emosi, karena penghayatan akan pengalama lebih mendalam dan lebih lama membekas.
  2. b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting individu pada umumnya cenderung memiliki sifat yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting yang didorong oleh oleh keiinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghidari konflik.
  3. c) Pengaruh Kebudayaan Burrhus Frederic Skin, seperti yang dikutip Azwar sangat menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konosisten yang menggambarkan sejarah reinforcement yang kita alami (Hergenhandalam azwar, 1995). Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu masyarakat. Kebudayanlah yang menanamkan garis penpgrah sikap individu terhadap berbagai maslah.
  4. d) Media massa berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Media massa memberikan pesan-pesan yang sugestif yang mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut. Jika cukup kuat pesar-pesan sugestif akan memberi dasar efektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
  5. e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama. Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai sesuatu system mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan system kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal.

Proses Motivasi

  1. Tujuan : Perusahaan harus biasa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai, baru kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu
  2. Mengetahui kepentingan : Perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari kepentingan perusahaan semata
  3. Komunikasi efektif : Melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
  4. Integrasi tujuan : Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan konsumen, Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan besar. Tujuan individu konsumen adalah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Kedua kepentingan di atas harus disatukan dan untuk itu penting adanya penyesuaian motivasi.
  5. Fasilitas : Perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan.

EVALUASI ALTERNATIF SEBELUM PEMBELIAN

  1. Kriteria Evaluasi

Kriteria evaluasi, salah satu aktivitas dalam proses pengambilan keputusan konsumen, memegang peranan penting dalam memprediksi perilaku pembelian konsumen. Saat konsumen melakukan aktivitas ini, mereka sedang mempertimbangkan atribut-atribut yang terdapat pada satu produk dan menilai atribut mana yang lebih penting untuknya yang ia gunakan sebagai dasar keputusan memilih produk (Kotler,2005).

Dalam memilih, konsumen harus mengetahui detail dari produk yang akan ia konsumsi. Selain karena keputusan yang diambil konsumen akan memberikan manfaat tertentu atas produk yang dipilih, konsumen juga akan mendapat kepuasan atas penggunaan produk tersebut.

  1. Menentukan Alternatif Pilihan

Kriteria evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang konsumen mungkin mempertimbangkan kriteria, keselamatan, kenyamanan, harga, merek, negara asal, dan juga spek hedonik seperti gengsi, kesenangan, status sosial, dsb. Beberapa kriteria yang umum adalah :

–         Harga

Harga menentuka pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memilih harga yang murah untuk suatu produk yang telah ia ketahui spesifikasinya. Namun jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitias produk maka harga merupakan indikator kualitas. Maka dari itu, harga suatu produk hendaknya disesuaikan dengan karakteristik produk.

–         Nama Merek

Merek terbukti menjadi bagian penting dalam suatu produk. Nampaknya merek merupakan pengganti dari mutu dan spesifikasi produk. Ketika konsumen sulit menilai kriteria kualitas produk, kepercayaan pada merek lama yang sudah mempunyai reputasi baik akan mengurangi resiko kesalahan dalam mengambil keputusan pembelian.

–        Negara Asal

Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi salah satu pertimbangan penting bagi konsumen. Negara asal sering mencitrakan kualitas produk. Konsumen mungkin sudah tidak meragukan lagi kualitas produk handphone dari Korea, produk elektronik dari Jepang, atau produk jam tangan buatan Swiss.

  1. Menaksir Alternatif Pilihan

Tahap dari proses keputusan pembelian, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen.

Pertama, kita menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut produk.

Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda terhadap atribut menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing.

Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap atribut.

Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda.

Kelima, konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi.

Ada konsumen yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam memutuskan untuk membeli, terkadang konsumen menggunakan perhintungan dengan cermat, namun disisi lain terkadang konsumen hanya mengikuti intuisinya saja. Pemasar harus mempelajari dan memahami pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka mampu memahami proses evaluasi yang terjadi, maka mereka dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan pembeli.

  1. Menyeleksi aturan pengambilan keputusan

Setelah konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil jika pengaruh yang diberikan menghasilkan pembelian. Keputusan konsumen bukan hanya menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh konsumen.